(AMS, opini)
EKONOMI di negeri ini sedang terseok-seok, harga kebutuhan pokok naik tak terkendali, nilai Rupiah terkapar di hadapan Dolar AS. Di saat sulit seperti ini, harusnya pemerintah bergegas mengeluarkan jurus pamungkas untuk menyelamatkan rakyat yang sedang mengalami ketidakpastian terhadap kondisi yang kurang menguntungkan ini.
Terutama, Presiden SBY harusnya segera bertindak, buktikan bahwa tuan presiden adalah pemimpin milik rakyat, bukan milik kelompok atau partai tertentu. Kalau perlu, untuk sementara waktu, hentikan urusan Partai Demokrat (PD) yang nampaknya lebih berhasil diutamakan melalui gelaran konvensi-nya daripada masalah ekonomi bangsa. Karena, rakyat saat ini sesungguhnya lebih menunggu gerakan kepedulian dari pemerintah terhadap masalah-masalah bangsa yang lebih mendesak untuk segera diatasi.
Akhir-akhir ini, sungguh tugas yang seharusnya berada dalam skala prioritas sebagai seorang presiden, malah nampaknya tidak mampu ditampilkan secara maksimal dan optimal oleh SBY, yakni dengan “membiarkan” perhatian publik tersedot ke masalah konvensi. Padahal, ada masalah yang lebih penting dan sangat mendesak untuk mendapatkan solusi dalam waktu dekat, yakni menstabilkan nilai rupiah ke posisi yang tidak lagi melemah seperti saat ini.
Apakah pemerintah tidak mendengar keluhan dan kesusahan dari rakyat miskin yang selama ini sedang terrhimpit masalah ekonomi? Atau apakah pemerintah tidak mengetahui dampak buruk yang ditimbulkan ketika negara ini gagal mengurusi masalah ekonomi bangsanya?
Maaf jika saya mulai banyak menduga-duga, yakni ketika telah banyak persoalan yang mendera di negeri ini namun tak kunjung jua bisa dituntaskan sebagaimana yang diharapkan oleh rakyat, bahkan persoalan satu belum selesai, persoalan lainnya pun bermunculan. Sehingga, tuan Presiden, jangan salahkan saya sebagai rakyat tuan jika selalu bersuara dan meneriaki masalah-masalah yang belum tuan selesaikan! Dan biarkan saya untuk tetap menduga-duga ketika masalah selalu hadir secara misterius!
Dugaan saya yang pertama, adalah terkait dengan nilai rupiah yang hingga kini masih juga melemah, dan sampai hari ini pula belum bisa dipulihkan oleh pemerintah. Pemerintah bahkan dengan sadar mengakui bahwa nilai rupiah yang melemah itu adalah masalah besar, tetapi anehnya, presiden malah membiarkan konsentrasinya pecah kepada urusan konvensi di partainya. Padahal, salah satu penyebab melemahnya rupiah itu boleh jadi adalah juga karena parpol penguasa akhir-akhir ini sedang sangat “sibuk” dengan urusan konvensi calon presiden untuk 2014. Pasar jadi geger..?!
Sehingga, dugaan saya yang kedua, adalah jangan-jangan istana selama ini cuma banyak melakukan “GERTAK= Gerakan Cinta Keluarga/Kelompok-nya” saja dibanding harus melakukan dua “GETAR= Gerakan Cinta Rupiah” dan Gerakan Cinta Rakyat. Jika istana tak ingin disebut “Main Gertak”, maka sebaiknya segera lakukan dua GETAR tersebut dengan tidak mengutamakan urusan di luar tugas selaku presiden.
Gerakan Cinta Rupiah yang didesak sejumlah elemen masyarakat, menurut ekonom senior Rizal Ramli, adalah termasuk gerakan yang oke-oke saja untuk bisa mendongkrak sentimen positif di tengah terus anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar, asalkan gerakan itu diawali dari dalam istana.
“Saya setuju tapi harus dimulai dari istana. Dari keluarga istana mulai tukarkan Rupiahnya. Jadi, kasih contoh pada elit yang lain. Tapi yang paling penting sampai Desember Current account deficit itu harus berkurang setengahnya,” kata Rizal Ramli dalam diskusi live Prime Time News di MetroTV, Rabu malam (28/8/2013).
Menurut Rizal Ramli yang kini selaku Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARuP) ini juga meminta agar pemerintah hendaknya segera sadar untuk tidak sekali-kali mementingkan keluarga atau kelompok sendiri. Sebab, sebagai Presiden, SBY harus bisa memperlihatkan keseriusannya mengatasi masalah ekonomi saat ini, dengan mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia dari pada kepentingan keluarganya atau kelompok tertentu.
Sehingga, untuk menepis anggapan atau dugaan saya (dan juga sesungguhnya dugaan banyak orang) bahwa istana lebih banyak “main Gertak”, maka sebaiknya istana segera melakukan Gerakan Cinta Rakyat (GETAR) dengan memunculkan kebijakan-kebijakan yang tidak bertele-tele yang diduga mengandung unsur politis dan lain sebagainya.
Gerakan Cinta Rakyat (GETAR) adalah gerakan yang sangat dibutuhkan saat ini dari pihak istana. Sebab, merekalah (rakyat) yang menjadi korban paling pertama ketika krisis ekonomi melanda. Sehingga itu, sebelum krisis menghantam (gejalanya sudah ada di depan mata), maka pemerintah didesak dan sangat diharapkan agar tidak lagi terlambat mengambil langkah yang justru akan menimbulkan krisis yang lebih parah lagi, yakni hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah saat ini.
Ketika kepercayaan ini telah hilang, maka jangan salahkan rakyat apabila menyimpulkan bahwa jangan-jangan selama ini istana memang hanya lebih doyan melakukan “GERTAK” yang tidak mampu menimbulkan “GETAR” untuk kesejahteraan bangsa di negeri ini. Dan maaf jika saya salah menduga..!!!