(AMS, reportase)
SURAT kabar pemerintah Cina melaporkan bahwa seorang pejabat yang dicurigai melakukan korupsi dilempar paksa oleh tim penyelidik agar bisa mengakui perbuatannya.
Surat kabar Beijing Times menuliskan, pejabat terduga korup bernama Yu Qiyi justru sempat ditenggelamkan ke dalam bak mandi berisi air es ketika indikasi dan bukti telah mengarah kepadanya, namun di sisi lain ia tak juga mau mengakui perbuatannya. Sehingga, menurut ketentuannya, Yu sudah layak dilemparkan ke dalam air es sebagai terapi agar ia benar-benar mau berbicara seputar keterkaitannya dalam kasus korupsi tersebut. Jika tidak, maka tubuhnya akan “kesejukan” air es yang dahsyat hingga tak bergerak.
Karena lelaki yang berusia 42 tahun itu tak mampu bertahan di dalam air es, maka tubuhnya pun langsung kaku, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun beberapa jam kemudian Yu menghembuskan nafas terakhir.
“Yu Qiyi merupakan pria yang kuat sebelum ia ditahan tetapi tubuhnya kurus ketika meninggal,” ujar istri Yu, Wu Qian seperti dikutip kantor berita AFP, dan seperti yang dilansir oleh beritasantai.com.
Wu menggambarkan tubuh suaminya memar di bagian luar dan di bagian dalam selama 38 hari di tahanan. Dan menurut catatan medis, kata Wu, suaminya mati karena tenggelam dalam air yang sangat dingin yang mengakibat tubuhnya kaku.
Beijing Times menyebutkan, Yu Qiyi adalah seorang karyawan perusahaan negara (semacam BUMN) di Kota Wenzhou. Ia ditahan pada awal Maret terkait kasus tanah.
Sedangkan menurut dokumen yang dikeluarkan penyelidik kematian, seperti dimuat Beijing Times, menyebutkan, bahwa Yu Qiyi meninggal dunia setelah menghirup cairan yang menyebabkan paru-parunya tidak berfungsi. Terdapat foto yang diterbitkan koran resmi tersebut juga menunjukkan adanya mememar-memar di tubuh Yu.
Wartawan BBC di Shanghai, John Sudworth melaporkan interogasi terhadap Wu Qiyi merupakan bagian dari prosedur displin internal partai yang dikenal dengan istilah Shanggui.
Hal itu, lanjut Sudworth, merupakan proses yang ditempuh untuk memberantas korupsi di Cina, tetapi muncul berbagai laporan tentang kematian tiba-tiba yang dialami para tersangka selama beberapa bulan terakhir.
Menyikapi kabar tersebut, mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli mengakui kehebatan negeri China dalam memberantas kebiasaan pejabat (penguasa) beserta kroninya yang sangat merugikan negara tersebut. “China sekarang menjadi kiblat pemberantasan korupsi. Sementara Indonesia kini justru seakan sudah menjadi kiblat bagi koruptor,” lontar Rizal Ramli, calon Presiden paling ideal versi LPI ini.
Namun meski Rizal Ramli mengakui kehebatan China dalam memberantas koruptor, tetapi menyangkut nyawa seorang manusia adalah hal yang lebih utama untuk tidak seenak diperlakukan, apalagi sampai dihilangkan dengan cara-cara yang tidak diajarkan dalam agama mana pun, yakni membunuh. “Kita harus bisa lebih mengutamakan dan menghargai hak-hak azasi manusia,” tandas Rizal Ramli, Kamis (5/9/2013).