(AMS, opini)
SAMPAI saat ini, melalui Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI), Ratna Sarumpaet terus berjuang keras untuk mengembalikan Kedaulatan Indonesia ke tangan rakyat yang kini masih digenggam oleh penguasa korup dan serakah.
Ratna bersama presidium MKRI lainnya yang telah tersebar di hampir semua provinsi se-tanah air pernah dituding akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan SBY, 25 Maret 2013 lalu, dengan diisukan akan menggelar demo secara besar-besaran.
Isu ini langsung dibantah Ratna selaku Ketua Presidium Pusat MKRI. Ratna menegaskan, pihaknya tak punya kekuatan cukup layaknya pasukan tentara bersenjata untuk melakukan kudeta presiden. Sehingga, menurut Ratna, isu itu terlalu mengada-ngada dan hanya kekuatiran yang berlebih-lebihan dari istana ketika itu. Sebab, di mana-mana yang namanya kudeta itu adalah “pekerjaannya” tentara bersenjata, bukan rakyat sipil.
MKRI, katanya, saat itu hanya melakukan aksi damai menuntut SBY agar segera mengundurkan diri dan turun dari jabatannya selaku presiden yang dinilai hanya lebih banyak menyusahkan rakyat, dan hanya membawa Indonesia ke jurang kehancuran. Sederhananya, aksi tersebut dilakukan semata-mata untuk mendorong pergantian pemerintah melalui percepatan pemilihan umum dengan membentuk Pemerintahan Transisi.
Ketika itu MKRI membawa lima tuntutan. Pertama, MKRI meminta pemerintah menasionalisasi tambang minyak dan gas. Kedua, turunkan harga kebutuhan pokok. Ketiga, menghentikan keran impor kebutuhan pokok. Keempat, tuntaskan kasus korupsi, terutama yang dekat dengan lingkaran Istana. Kelima, menghentikan konflik agama, suku, dan ras.
“Rakyat Indonesia Harus Lebih Cerdas, Lebih Perduli Sesama, Lebih Berahlak, dan Tidak Perlu Patuh Pada Penguasa Pemangsa Hak-Hak Rakyat,” ujar Ratna dalam status yang ditulisnya di fan-page (FP) facebook miliknya, Rabu (25/9/2013).
Masih di FP tersebut, Ratna Sarumpaet juga mencurahkan kepada Ibu Pertiwi yang juga kini sedang “berduka” atas bumi dan air Indonesia yang telah dikuasai oleh Pemerintahan Korup dengan menggadaikan kedaulatan rakyat kepada negara luar.
Berikut di bawah ini adalah curahan hati Ratna Sarumpaet:
~~Rakyat Indonesia Yang Aku Cintai~~
Banyak orang mencurigai alasanku mendirikan MKRI (Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia) dan memperjuangkan PEMERINTAHAN TRANSISI menganggap langkah itu semata-demi berkuasa. Kecurigaan yang wajar di Negara yang rakyatnya terus menerus dikecewakan politik kekuasaan.
Foto di bawah ini menunjukkan saya terlibat menurunkan Suharto / ORBA. Saya ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan MAKAR sehari sebelum Suharto diangkat jadi Presiden untuk yang ke-7 kalinya dan dibebaskan sehari sebelum dia lengser. Sejak itu, saya tidak pernah masuk Partai, atau jadi pejabat. Saya kembali ke dunia saya sebagai seniman dan tetap jadi Aktivis kemanusiaan.
Sebagai salah satu yang terlibat memperjuangkan reformasi, saya bertanggungjawab ketika cita-cita reformasi dilencengkan. MPR dimandulkan, konstitusi, system dan perundang-undangan diintervensi IMF, Worl Bank, WTO, kekayaan SDA tergadai, kerukunan dan kedamaian berbangsa hilang dan 104 juta lebih rakyat berada di posisi miskin/tidak berdaya.
Kondisi Indonesia, terutama kedaulatan rakyatnya tidak mungkin dikembalikan hanya dengan mengganti Presiden melalui Pemilu yang digelar rezim yang notabene korup dan tidak bermoral, KPU yang dikuasai Asing dan diikuti Partai-Partai yang juga korup. Kita butuh Pemerintahan Transisi untuk merevolusi system dan perundang-undangan kita yang sudah dirusak dan menggelar pemilu yang bersih dan bertanggung-jawab.
No other way.
Ratna Sarumpaet / 2A9DE50E