Saturday, 31 August 2013

Maaf.. “Hasil” Pertumbuhan itu Cuma Dinikmati Kelas Atas


(AMS, opini)
SEJAUH ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dirasa tidaklah merata. Di sisi lain, apabila pemerintah saat ini berkali-kali mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, maka ini mungkin tidaklah keliru. Ekonomi Indonesia pada kuartal II-2013 ini tumbuh menjadi sekitar 5,8 persen.


Para pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyatakan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi hanya dinikmati oleh kalangan atas alias orang kaya. Dan ini terlihat dari tidak adanya perubahan signifikan jumlah kemiskinan dan pengangguran di negeri ini, bahkan kesannya semakin bertambah.

INDEF mencatat, kini jumlah pengangguran di Indonesia mencapai sekitar 7,24 juta orang, jumlah penduduk miskin berkisar 29,13 juta orang. Gambaran ini menunjukkan, bahwa pertumbuhan ekonomi memang hanya tertuju kepada eksklusif yang didorong dan dinikmati golongan tertentu. Tentang stabilitas makro, nampaknya juga tak cukup menjawab permasalahan di kalangan masyarakat, khususnya masalah kesenjangan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran.

Sehingga itu, pemerintah tentulah amat keliru jika mengatakan pertumbuhan ekonomi saat ini telah baik dan merata. Sebab kenyataannya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini,  nampak sekali, hanya dinikmati oleh “kelompok” yang itu-itu saja, yakni mereka yang berada di level atas, dan bukan rakyat yang berada di level bawah yang hingga saat ini masih tetap “menganga” sambil hanya bisa telan-telan ludah.

Sehingga mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli yang dimintai tanggapannya seputar pertumbuhan ekonomi tersebut mengingatkan, bahwa pemerintah jangan pura-pura bangga dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini tumbuh sekitar 5 persen. Karena maaf, lanjut Rizal, yang 5 persen lebih itu adalah hanya dinikmati oleh kalangan kelas atas.

“Di Indonesia, mereka inilah (kalangan level atas) yang semakin makmur dan kaya. Bahkan 2,5 persennya sangat luar biasa kaya-nya. Sementara, terdapat 80 persen lebih rakyat Indonesia dari sisi kesejahteraan masih bermasalah. Daya beli masyarakat semakin merosot karena banyaknya pengangguran dan harga pangan yang kini meloncat luar biasa tingginya,” jelas Rizal Ramli yang dikenal sebagai ekonom senior itu.

Sehingga itu, Rizal Ramli membenarkan bahwa kondisi saat ini memang benar si kaya makin kaya, dan si miskin makin miskin. Bahkan dengan kondisi ekonomi seperti saat ini, maka tak sedikit orang kaya yang harus siap-siap jadi miskin. Jika orang miskin, katanya, yang mendadak jadi orang kaya itu sangat jarang terjadi. Apalagi jika dihubungkan dengan kondisi ekonomi saat ini yang memang sedang berantakan, maka sangat tidak mungkin orang miskin bisa tiba-tiba menjadi kaya.

Penasehat Ekonomi PBB ini juga mengungkapkan, bahwa jika menggunakan index pembangunan manusia (human development index) yang dikeluarkan oleh PBB, menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan Indonesia paling rendah di Asean, berada di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.

Rizal Ramli yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan ini menambahkan, kondisi ekonomi Indonesia yang makin terlihat memburuk seperti saat ini, tentu memaksa semua pihak untuk mengingatkan pemerintah agar segera mengambil langkah-langkah tepat. Pemerintah hendaknya jangan Cuma banyak berteori dan curhat-curhatan saja. Dan pemerintah jika dikritik, malah balas mengkritik, lalu tak jarang menyalahkan pihak-pihak lain. “Kalau tak mau dikritik, jangan jadi pemerintah!” tegas Rizal Ramli, mantan aktivis mahasiswa yang sejak era Orba sempat di penjara karena menentang rezim Soeharto agar segera turun dari kekuasaannya.