(AMS, Artikel)
BANGSA kita saat ini sedang diombang-ambing oleh kondisi ekonomi yang kian memburuk. Pergerakan nilai Rupiah saat ini makin sempoyongan, dan dikuatirkan akan terkapar lemas.
Jauh-jauh hari, kondisi seperti ini sebetulnya sudah diprediksi oleh DR. Rizal Ramli selaku ekonom senior.
Sehingga itu, ketika mantan Menko Perekonomian ini usai dilantik sebagai Menko Kemaritiman, ia langsung “kebelet” membuat “kegaduhan”.
Dan sebetulnya “kegaduhan” tersebut mengandung isyarat “pesan” penegasan khusus kepada para pejabat negara (terutama para menteri), agar segera sama-sama menyikapi kondisi ekonomi yang memburuk saat ini, yakni salah satunya dengan bergegas meninggalkan semua kegiatan yang cenderung bersifat memburu keuntungan dan kepentingan kelompok atau golongan.
Jika tidak, maka dikuatirkan akan terjadi kecemasan rakyat yang berlebih, lalu meminta kepada Presiden agar segera melakukan pencopotan menteri-menteri yang punya rapor merah.
Selanjutnya, apabila permintaan pencopotan itu sulit dilakukan, maka bisa-bisa rakyat dengan kekuatan besar akan melakukan tekanan yang lebih tinggi, yakni mendesak Presiden dan Wakil Presiden untuk segera mundur dari jabatannya karena dinilai nyata-nyata tak becus mengurus dan memperbaiki ekonomi bangsa.
Situasi seperti itulah yang nampaknya coba dihindari Rizal Ramli dengan memberikan peringatan shock-therapy berupa “kegaduhan”. Dan sekali lagi, jika dicermati, kegaduhan tersebut adalah untuk mengajak para menteri (pejabat negara) agar segera bersama-sama dan bergotong royong memperlihatkan kerja murni untuk kepentingan rakyat.
Jadi “kegaduhan” yang dilontarkan Rizal Ramli tersebut sama sekali tidaklah bermaksud untuk menjatuhkan siapa-siapa, juga bukan untuk cari-cari muka atau sekadar menyenangkan hati atasan (Presiden). Sebab, dari dulu Rizal Ramli bukanlah tipe pejabat seperti itu.
Tipe asli Rizal Ramli adalah memang selalu tidak tenang dan senang jika mengetahui ada kejanggalan yang dilakukan oleh pemerintah, yang patut diduga bisa merugikan bangsa dan negara.
Jika Rizal Ramli melakukan kegaduhan hanya untuk cari-cari muka atau sekadar ingin menyenangkan hati presiden, maka ada baiknya kita tengok dulu “sejarah” Rizal Ramli di saat sebagai aktivis mahasiswa yang kala itu sering tampil di barisan terdepan melakukan perlawanan terhadap rezim Orba, hingga akhirnya harus dijebloskan ke dalam sel tahanan. Apakah ketika itu Rizal Ramli mau cari-cari muka atau sekadar ingin menyenangkan hati atasannya???
Jadi, sangatlah keliru jika Rizal Ramli dinilai melakukan kegaduhan adalah hanya untuk cari-cari muka atau sekadar ingin menyenangkan hati presiden.
Rizal Ramli sebagai Menko melakukan semua itu justru adalah merupakan ajakan kepada para menteri agar segera ikut bertarung habis-habisan dalam membenahi kondisi ekonomi bangsa yang sangat sulit seperti saat ini, yakni dengan tidak menari-nari di atas penderitaan rakyat.
Cara Rizal Ramli memunculkan “kegaduhan” di hadapan publik memang menimbulkan kontroversi. Namun, dari pandangan kacamata rakyat, cara seperti itulah yang sangat tepat daripada harus dibicarakan di dalam ruangan tertutup (secara internal) yang nantinya malah menghasilkan kesepakatan bagi-bagi proyek dan limpahan fee untuk pihak-pihak yang punya wewenang.
Sehingga itu, tak salah jika rakyat saat ini merasa amat bersyukur punya menteri yang berjiwa seperti Rizal Ramli. Sebab, bukankah memang sejak Indonesia merdeka hingga kini, rakyat sangat mendambakan adanya seorang pejabat yang berani tampil menyuarakan kebenaran? Dan yang tak gentar berhadapan dengan siapa pun demi melakukan yang terbaik buat negeri ini? Sangat jarang loh pejabat seperti Rizal Ramli! Dan yakin, rakyat pasti mendukungnya!
Dan satu hal lagi, bahwa Rizal Ramli melakukan semua itu tak hanya sebatas suara atau berkata-kata. Ia memperlihatkannya melalui kerja.
Lihat saja, belum seminggu diangkat sebagai Menko Kemaritiman dan Sumberdaya, Rizal Ramli langsung terapkan 7 jurus guna membenahi dwelling-time di Pelabuhan Tanjung Priok. Termasuk mengambil langkah terobosan dengan tidak ragu-ragu ingin menyapu bersih mafia-mafia pelabuhan yang selama ini dinilai menjadi salah satu penyebab lamanya bongkar muat (dwelling time), di Pelabuhan Tanjung Priok tersebut.
Di saat yang bersamaan, terhadap rencana proyek kereta api cepat, Menko Rizal Ramli juga menekankan kepada dua negara (Jepang dan China) dalam memperebutkan proyek tersebut agar berkompetisi secara adil dan terbuka, tidak pakai beking.
“Mohon maaf, saya enggak peduli siapa bekingnya, karena kita ingin yang terbaik buat rakyat, bukan menguntungkan para beking,” ujar RizalRamli di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman di Gedung Gedung BPPT, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (26/8).
Bukan cuma itu, kemarin Menko Rizal Ramli melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, guna membahas kesepakatan strategis kerjasama pembangunan kawasan industri khusus hilirisasi kelapa sawit. Menurut rencana kawasan industri ini akan ditempatkan di Kalimantan Timur.
Dalam pertemuan tersebut, menurut Menko Rizal Ramli, juga membahas kerja sama untuk membantu petani kecil dalam menghadapi tantangan global. Hal ini, katanya, merupakan komitmen pemerintah untuk terus menggali upaya bersama dalam menjamin pendapatan bagi petani kedua negara.
Tampilnya kembali Rizal Ramli di dalam kabinet, dipastikan akan sangat mengganggu pihak atau kelompok-kelompok yang sudah terlanjur menikmati sedapnya “permainan kotor”. Namun, bagi rakyat yang selama 70 tahun ini suara dan jeritannya sering terabaikan, sudah pasti merasa teduh dan terlindungi.
Dan yang sangat patut dicatat tebal-tebal adalah, bahwa bagi pejabat-pejabat yang punya conflict of interest dari giga-proyek (proyek raksasa), maka kepentingan rakyat harus diperjuangkan dengan “cara-cara ala” Rizal Ramli. Yakni bagai Rajawali yang selalu siap mematuk tikus-tikus pelahap uang rakyat.
Simaklah pidato Presiden Soekarno pada HUT Proklamasi 1949: “Kita belum hidup dalam sinar purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat Elang Rajawali!”