(AMS, opini)
MENJELANG akhir jabatan Presiden SBY, wajah ekonomi Indonesia bukannya cerah dan membaik. Saat ini ekonomi Indonesia malah makin payah dan amat berantakan, nilai rupiah saat ini bahkan kian melemah. Belum lagi dengan masalah utang Indonesia yang amat besar, yakni mencapai Rp.2.100 Triliun.
Pengelolaan ekonomi dan keuangan negara bahkan mengalami defisit. Defisit yang dimaksud, menurut Ekonom Senior Rizal Ramli, adalah defisit quatro, yakni meliputi:
1. Defisit Neraca Perdagangan (minus) 6 Miliar Dolar AS;
2. Defisit Neraca Berjalan (minus) 9,8 Miliar Dolar AS;
3. Defisit Neraca Pembayaran (minus) 6,6 Miliar Dolar AS.
Jika kondisi buruk ini tak segera dibenahi, maka Indonesia akan mengalami krisis moneter yang bisa lebih parah dibanding 1998 silam. Pertanyaannya, mampukah pemerintah membenahinya dalam waktu yang tak begitu lama?
Apabila beberapa bulan ke depan ekonomi semakin gawat, maka dipastikan tatanan kehidupan ekonomi rakyat akan babak-belur dan ambruk dihantam krisis moneter, sekaligus pada saat bersamaan hilanglah kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Pertanyaannya, pemerintah yang sedang memimpin saat ini apakah betul-betul mengerti dengan masalah-masalah ekonomi? Jangan-jangan menteri-menteri yang ditunjuk menangani soal ekonomi itu hanya bisa ngomong, tetapi tak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan ekonomi bangsa?
Maaf..pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus saya ungkapkan, bukan bermaksud untuk menjatuhkan pemerintah saat ini. Sebab saya tak punya kekuatan untuk menjatuhkan siapa-siapa, apalagi pemerintah yang dipimpin seorang militer yang bertubuh tinggi besar seperti SBY, jadi tak perlu saya diperhitungkan.
Hanya saja saya bingung, kenapa pemerintah yang diberi amanah 2 periode ini, tetapi sejak start hingga jelang ending malah membuat rakyat miskin makin menangis dan meratapi nasibnya yang juga tak kunjung membaik. Itu yang pertama.
Yang kedua, kebingungan saya adalah, mengapa pemerintah terlambat mengambil langkah-langkah antisipasi agar nilai rupiah tidak jatuh? Jatuhnya kan tidak langsung dan tidak tiba-tiba, karena sebelum jatuh tentu diawali dulu dengan gejala atau indikator-indikator yang ada. Apakah pemerintah tidak bisa membaca dan melihat gejala-gejala itu? Untunglah negara ini bukan sebuah mobil yang dikemudikan oleh sopir yang tak jeli melihat (tak bisa membaca gejala) bahwa ternyata di depan terdapat jurang.
Akibatnya, lihat saja kondisi saat ini. Sungguh memprihatinkan! Bagi pejabat negara seperti: presiden, menteri-menteri, kepala daerah, hingga pejabat BUMN bersama PNS eselon 1 dan 3, serta pengusaha kelas menengah ke atas “plat merah” memang tak perlu prihatin dengan kesulitan ekonomi saat ini. Tetapi bagi mereka yang tidak termasuk seperti yang saya katakan di atas, tentunya sedang mengalami kesulitan ekonomi yang luar biasa. Yakni mereka para pegawai tidak tetap (honorer), buruh kasar musiman, cleaning-service, petani penggarap, nelayan yang tak punya perahu, tukang cukur dan pedagang asongan keliling, penjual bensin eceran, tukang jahit sepatu, pengamen dan pemulung, abang bentor (becak n motor), hingga para pensiunan pegawai rendahan.
Ihi..hihii.. Uhu..huhuu..?! Ya… Mereka saat ini hanya bisa menangis dan menjerit. Tahu dan tempe yang biasanya mereka jadikan “penambal” perut bersama keluarga sekaligus sebagai menu favorit harian, kini sangat sulit mereka beli karena harganya pun harus naik sebagai salah satu dampak melemahnya rupiah. Sehingga, bukan hanya konsumen ini yang terancam “mogok makan” tahu-tempe, produsen tempe dan tahu pun banyak yang terancam (bahkan sudah ada) mogok usaha, karena melonjaknya harga kedelai tak bisa diimbangi dengan harga penjualan. Ini yang ketiga yang membuat saya bingung: bahwa kita memiliki seorang presiden yang punya gelar doktor di bidang pertanian dan juga punya Menteri Pertanian tetapi mengapa kita malah masih impor kedelai 60 persen..?
Ini baru persoalan kedelai ke tahu dan tempe loh?! Belum persoalan pengemis dan anak terlantar (ditelantarkan) di/oleh negara. Juga belum lagi masalah korupsi yang hingga saat ini masih sangat sulit diatasi, yang jelas-jelas juga sangat membingungkan?! Karena di saat negara ini masih memiliki banyak orang miskin, dan masih memiliki banyak utang, tetapi koq para pejabatnya malah berlomba-lomba melakukan korupsi lalu tak malu dan merasa tak berdosa memamerkan diri dengan membeli rumah dan mobil mewah?
Ini pula membuat hati rakyat berekonomi lemah (miskin) merasa terkoyak-koyak, perih dan tersakiti, susah tidur terlelap karena memikirkan betapa sulitnya mendapat selembar rupiah hanya untuk membeli tahu dan tempe buat keluarga, hingga mereka hanya mampu Ihi..hihii.. Uhu..huhuu.. Namun di saat bersamaan, para pejabat korup malah begitu pulasnya tertidur di ruang ber-AC di atas kasur yang empuk, lalu bangun dengan hati riang sambil : Huwaaahahahaaaaaaa….