(AMS, opini)
PARA Kompasianer hari ini begitu banyak yang “mengeroyok” Hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia yang ke-68 ini melalui tulisan yang temanya hampir sama, yakni sama-sama mempertanyakan “Makna Kemerdekaan” yang terasa hampa.
Para Kompasianer ini memposting artikel-artikel bertajuk demikian bukannya mereka tak beralasan. Salah satu alasannya, adalah dengan melihat kondisi negeri ini yang nampaknya memang amat dipenuhi dengan masalah yang muncul secara bersambungan tanpa diikuti dengan solusi dari pemimpin di negeri ini.
Belum lagi dengan kesulitan ekonomi akibat kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga bahan kebutuhan pokok, tentunya membuat rakyat makin babak-belur. Sungguh seakan rakyat di negeri ini bagai anak ayam yang kehilangan induknya, karena para pemimpin di negeri ini nampaknya lebih mengejar kepentingan diri sendiri dan kelompoknya saja.
Sehingga tak salah kiranya, jika para kompasianer hari ini ikut melakukan curhat “massal” tentang hari Kemerdekaan tahun ini yang seakan telah jauh meninggalkan maknanya.
Kondisi “kehilangan” makna kemerdekaan ini ternyata dapat juga dilihat di sekeliling kita yang sama sekali tidak menunjukkan jika di hari ini adalah hari Peringatan Kemerdekaan Indonesia. Sebut saja gemerlap dan kemilau perayaan yang sering dilakukan di tahun-tahun lampau berupa perlombaan-perlombaan seperti lomba panjat pinang, lomba lari karung, lomba tarik tambang dan lain sebagainya, kini tak ada lagi. Hanya di beberapa daerah saja yang mungkin melakukan gelaran lomba tersebut, itupun tak semeriah seperti tahun-tahun sebelumnya.
Parahnya, bukan hanya kegiatan perlombaan yang telah “hilang”, umbul-umbul dan bendera merah putih pun yang sedianya pagi hari ini paling lambat telah harus dikibarkan di tiap-tiap rumah, nampaknya di hari ini tak lagi bisa disaksikan di sepanjang jalan seperti biasanya di tahun-tahun sebelumnya. Kalau pun ada bendera merah putih yang terpasang di depan rumah warga, maka jumlahnya tentu masih bisa dihitung jari.
Celakanya, justru baliho para caleg dari berbagai partai yang nampak lebih banyak terpancang dan berdiri dengan kokohnya di pingir-pingir jalan, bahkan tak jarang terpasang di halaman rumah-rumah warga. Bagaimana kondisi pemasangan bendera Merah Putih di daerah Anda masing-masing..??? Apakah baliho partai juga lebih banyak terpasang dibanding bendera Merah Putih…???
Pada kesempatan hari ini, DR. Rizal Ramli selaku ekonom senior juga menyampaikan keprihatinannya yang menunjuk sebuah Lukisan Karya seorang pelukis. “Karya pelukis Yahya Yatmika yang lama tinggal di Jerman ini melukiskan tantangan kita: bahwa Rakyat dan Bangsa Indonesia bisa terbang tinggi tetapi masih terus dibebani oleh korupsi dan feodalisme,” ujar Rizal Ramli melalui akun twitter @RamliRizal, Sabtu 17 Agustus 2013.
Apakah kondisi ini menandakan bahwa Bangsa kita sesungguhnya memang belum merdeka…??? Dan apakah kita harus selalu salah memilih caleg dan salah memilih presiden…??? Silakan introspeksi diri masing-masing..!!!