Thursday 12 November 2015

Laman Web ini Membenarkan Adanya Hubungan Kerajaan Bisnis Keluarga JK-Lino


(AMS, Artikel)
BAGAN struktur yang terdapat dalam halaman web http://www.bukaka.co.id/home/cstruc atau sebagaimana pada gambar di atas, adalah merupakan salah satu indikasi sekaligus bukti, bahwa memang ada hubungan bisnis yang “erat dan mesra” keluarga Jusuf Kalla (JK) dengan keluarga RJ. Lino.

Pada halaman web atau dalam bagan struktur tersebut menunjukkan perusahaan Armadeus Acquisitions Ltd menguasai 46.60% saham PT. Bukaka Teknik Utama Tbk.

Bukaka Teknik Utama adalah “kerajaan bisnis” milik keluarga JK. Sementara Armadeus Acquisitions adalah milik Mohd Ezra Effendi, menantu RJ. Lino.

Di halaman web http://www.armacq.com/ milik Armadeus Acquisitions sendiri juga membenarkan hubungan bisnis tersebut. Di situ tertulis: “Armadeus Acquisitions Ltd (Armadeus) is a Malaysian company incorporated as part of the shareholding structure of PT Bukaka Teknik Utama (Bukaka).” Atau Armadeus Acquisitions Ltd (Armadeus) adalah perusahaan Malaysia yang didirikan sebagai bagian dari struktur kepemilikan saham dari PT Bukaka Teknik Utama (Bukaka).

Armadeus dalam website-nya itu bahkan dengan bangga menjelaskan, bahwa Bukaka telah berpengalaman 36 tahun dalam proyek-proyek infrastruktur baja dengan lebih dari 3.500 karyawan, fasilitas fabrikasi modern dan daftar pelanggan termasuk Pemerintah Indonesia, Malaysia, India, Hong Kong dan Jepang.

Di sektor minyak dan gas, menurut Armadeus, Bukaka adalah salah satu pemasok terbesar peralatan dan jasa untuk produksi lepas pantai-darat/Minyak dan Gas Bumi untuk bisnis minyak seperti Chevron, Total, Halliburton, Schlumberger, dan Pertamina, dll.

Armadeus juga mengagung-agungkan Bukaka sebagai perusahaan penyedia terkemuka produk baja vertikal untuk transmisi listrik dan distribusi di seluruh Indonesia, dengan telah menyelesaikan empat belas ribu enam ratus (14.600) menara transmisi listrik, telekomunikasi, dan menara siaran.


Bukan cuma itu, Armadeus juga menyatakan Bukaka mampu menangani pembangunan rel kereta api, termasuk bisnis pengadaan alat berat lainnya, termasuk mobil crane, dll.

Nah, kerajaan bisnis kedua keluarga inilah nantinya yang diduga kuat akan menguasai dan memonopoli proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang akan dibiayai oleh APBN. Dan boleh jadi, semua itulah yang memotivasi sekaligus sebagai mimpi indah JK untuk kembali berambisi menjadi Wapres.

JK Adalah “Bawahan” Lino?
Secara pribadi, RJ Lino memang mungkin tidak punya saham di Bukaka, namun Lino merasa punya pengaruh kuat karena dikabarkan saham mayoritas di Bukaka adalah dikuasai oleh Armadeus Acquisitions yang tak lain adalah menantu Lino, yakni Mohd Ezra Effendi.

Olehnya itu boleh jadi, Lino merasa punya “derajat” dan kekuasaan lebih tinggi daripada JK. Parahnya, JK sendiri yang sepertinya memang memperlakukan Lino seolah-olah sebagai atasannya.

Yakni ketika ruangannya digeledah oleh Bareskrim-Polri, pada Jumat 28 Agustus 2015, Lino nampak sangat kalut, mencak-mencak dan langsung sibuk menghubungi sejumlah menteri, termasuk Sofyan Djalil. Sofyan yang dinilai sebagai loyalis JK ini seakan-akan “diperintah” Lino agar segera mengadu kepada Presiden Jokowi bahwa dia tak senang dengan penggeledahan itu.

Atas ulah Lino yang terkesan angkuh karena seolah-olah tak terima digeledah, dengan langsung telepon sana-sini, membuat Ruhut Sitompul ikut jadi kesal. Dalam ILC di TV-One, Ruhut menumpahkan kekesalan dengan mengatakan, “Saya ingin menggarisbawahi, kegaduhan pada waktu kemarin (saat penggeledahan) jelas Pak Lino biang kegaduhan. Untung dia nggak punya nomor teleponnya Tuhan, kalau ada dia telepon juga Tuhan.”

Mengetahui kegaduhan dan kekalutan Lino, JK yang ketika itu berada di Seoul, Korea Selatan, langsung bereaksi seolah-olah ingin membela seorang majikan. Atas penggeledahan itu JK mengakui sempat menelepon Budi Waseso (Buwas).

“Saya telepon waktu di Seoul, apa yang terjadi, dijelaskanlah apa yang terjadi,” ujar JK, Kamis (3/9/2015).

JK mengakui dalam telepon tersebut mewanti-wanti Buwas agar melihat kasus tersebut dengan jelas, jangan sampai masalah kebijakan dipidanakan. “Saya Cuma bilang, seperti biasa, ini kan kebijakan korporasi, ya jangan dipidanakan. Itu prinsip yang kita telah pakai dan sesuai aturan UU tentang administrasi pemerintahan,” jelas JK.

JK yang jauh-jauh dari Seoul namun masih sempat-sempatnya menelepon Buwas tentang penggeledahan yang membuat kalut Lino itupun dinilai sebagai intervensi dan upaya pembelaan dari JK. Meski JK membantah bahwa yang dilakukannya itu bukan intervensi.

Selanjutnya, mari kita tunggu, jika ada kasus serupa yang dialami oleh orang lain (rakyat), apakah JK sebagai Wapres juga akan menghubungi (menelepon) lagi pihak Polri???