Monday 10 November 2014

Menteri PPN Tertarik Ingin Agendakan Ide Subsidi BBM Rizal Ramli

(AMS, Reportase)
MENTERI Perencanaan Pembangunan Negara/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago, berencana dalam waktu dekat ini akan melakukan rapat dengan sejumlah menteri untuk membicarakan dan membahas seputar masalah Bahan Bakar Minyak (BBM), termasuk di dalamnya akan dibahas ide dan gagasan cerdas dari Rizal Ramli tentang jalan tengah sebagai solusi yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan subsidi BBM.

Hal tersebut diutarakan langsung oleh Menteri PPN, Andrinof Chaniago, dalam acara “Economic Challenges” bertajuk: “Prioritas Pembangunan Jokowi-JK”, di MetroTV, Senin malam (10/11/2014).

Menurut Andrinof Chaniago, ide yang dicetuskan oleh Rizal Ramli itu sangat bagus. Dia pun berjanji untuk duduk bersama membicarakan ide tersebut bersama sejumlah menteri terkait. Andrinof bahkan akan mengundang Rizal Ramli untuk sama-sama membahas ide dan gagasan tersebut.

Menteri Andrinof Chaniago menyatakan hal tersebut sesaat setelah Rizal Ramli yang juga tampil sebagai pembicara dalam acara Economic Challengees di MetroTV tersebut, menggambarkan ide serta gagasannya tentang jalan tengah terhadap masalah subsidi BBM.

Dalam penjelasannya, Rizal Ramli menyebutkan, bahwa subsidi BBM masih sangat dibutuhkan oleh rakyat miskin. Ia mengakui selama ini subsidi BBM memang tidak tepat sasaran. Sehingga itu pemerintah seharusnya mencari cara cerdas tanpa harus mencabut atau menghilangkan subsidi BBM tersebut, yakni dengan cara BBM perlu dibagi dua jenis.

Jenis pertama, adalah BBM rakyat yang saat ini beroktan 88 harus segera diubah menjadi beroktan 80-83. Dan jenis kedua, adalah BBM super dengan oktan 92 untuk jenis pertamax dan Pertamax Plus beroktan 94.

Untuk diketahui, nilai oktan berhubungan dengan “ketukan” (knocking) yang mempengaruhi sistem kinerja mesin kendaraan. Semakin rendah nilai oktan yang bekerja dalam mesin akan lebih sering mengalami ketukan, demikian sebaliknya.

Dari perbedaan oktan tersebut tentunya akan membuat pengendara (pemilik) mobil kalangan menengah atas takut menggunakan BBM rakyat. Sebab pasti mereka tidak ingin cara kerja mesin mobilnya menjadi menurun dan dapat mempercepat kerusakan mesin hingga memaksa harus mengeluarkan biaya perbaikan mesin mobil yang lebih mahal.

Sehingga dengan sendirinya BBM rakyat yang beroktan 80 atau 83 itu tidak akan berani lagi dibeli oleh kalangan yang memiliki mobil mewah karena takut mesin mobil mereka jadi rusak. Artinya, mereka mau tak mau harus membeli BBM Super dengan oktan yang sesuai dengan mesin mobil mewah mereka, yakni premium yang beroktan 92-94.