Wednesday 3 August 2011

Hahh..? “Nazaruddin” Buka Puasa Bersama di Istana Negara

(AMS, opini)
SORE tadi, Rabu (3/8/2011), Presiden SBY menggelar buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta. Selain dihadir Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Ny Herawati Boediono, buka puasa bareng ini juga dihadiri seluruh Menteri KIB II, Pimpinan Lembaga Negara, Dubes Negara Islam, Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Unsur Pimpinan TNI & Polri, dan Pejabat Eselon I Kementerian serta para Direktur Utama BUMN.


Istana yang bagai disulap seperti musholla itu, sejak pukul 16.00 sudah tampak dipadati undangan yang langsung duduk bersila di atas sajadah merah.

Dalam sambutannya, Presiden SBY, mengemukakan sejumlah penjelasan yang disebutnya sebagai renungan tujuh menit (Rentum). “Kalau ada kultum atau kuliah tujuh menit, maka ini boleh dikatakan Kontum atau kontemplasi tujuh menit atau Rentum atau renungan tujuh menit,” ujar dia.

Tema renungan kecil ini, katanya, mungkin kalah populer dengan masalah politik, hukum, dan keamanan namun masalah sosial kemasyarakatan di tengah masyarakat perlu mendapat perhatian.

Presiden SBY juga menyebutkan, masyarakat yang baik setidaknya harus memenuhi lima ciri. Yakni, masyarakat yang beradab, berpengetahuan, rukun harmonis toleran, terbuka, bebas mengekspresikannya, dan patuh pada norma dan pranata.

Duduk di shaf depan bersama SBY adalah Wapres Boediono, Ketua MPR RI Taufiq Kiemas, Ketua DPR RI Marzuki Alie, dan Ketua BPK Hadi Poernomo, serta pejabat teras negara lainnya nampak cermat mendengar ceramah yang dibawakan oleh Prof. DR. Nazaruddin Umar, dari Dirjen Bimas Islam.

Nampaknya, Nazaruddin Umar ini sudah menjadi “langganan” mengisi setiap ceramah spesial Buka Puasa Bersama di Istana Negara. Dan September tahun lalu Presiden SBY juga sempat menggelar acara Buka Puasa Bersama dengan para Pemimpin Redaksi media massa di Istana Negara. Waktu itu Nazaruddin Umar membawakan ceramah berjudul: “Etika Pemberitaan dalam al-Quran”.

Pada kesempatan tahun lalu itu, Nazaruddin Umar menegaskan kesalahan pemberitaan dapat mengakibatkan perang.

Menurut Nazaruddin, banyak sekali kisah dalam al-Quran terkait pemberitaan. “Semua artinya positif. Sama seperti kata nabi, yang menurut bahasa artinya adalah pembawa berita.”

Nazaruddin juga mengisahkan sejumlah fakta historis yang terjadi di masa Nabi Muhammad, yang terjadi akibat salah pemberitaan. Saat itu, katanya, Aisyah, istri Nabi dikabarkan selingkuh dengan seorang sahabat bernama Sofwan.

Sehingga, kesalahan pemberitaan ini pun mendapat klarifikasi setelah Tuhan menjelaskan tentang ketidakbenaran pemberitaan itu dalam al-Quran, surat An-Nuur.

Namun kesalahan pemberitaan di masa itu, cerita Nazaruddin, berlanjut hingga mengakibatkan terjadinya perang Siffin antara Aisyah dan Ali bin Abi Thalib. Perang inilah, katanya, yang menyebabkan terpecahnya Islam menjadi golongan Sunni dan Syiah.

“Karena itu apabila menyampaikan pemberitaan dengan benar, sama seperti pencitraan (yang diajarkan) Rasulullah, Rasul sebagai pembawa berita. Tapi kalau tidak benar dampaknya bisa besar seperti yang saya ceritakan tadi,” ujar Nazaruddin seperti yang dilansir dalam forumkami.net.