(AMS, Artikel)
SEJAK diangkat sebagai
Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman dan Sumberdaya, Rizal Ramli (RR) langsung
mengeluarkan “jurus Rajawali Ngepret”.
Esensi dari jurus ini adalah
sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap para pejabat yang sudah “mahir” memanfaatkan
jabatannya dalam menguras uang negara dengan berbagai modus.
Dan mereka itulah kiranyanya
pejabat negara yang bermental perampok, yang gemar mengeluarkan sejumlah kebijakan
seolah-olah untuk kepentingan rakyat, padahal di otak dan di pikirannya
terselip ambisi untuk meraih keuntungan berlipat-lipat buat dirinya (pribadi)
dan kelompoknya saja.
Awalnya, pejabat negara
bermental perampok ini dapat melakukan kegemarannya secara leluasa karena menganggap
tak seorangpun di dalam Kabinet Kerja yang berani ikut campur, apalagi
mengganggu-gugat rencana “bisnis-bisnis besar” mereka. Sehingga itulah kiranya
suasana di dalam Kabinet Kerja (sebelum Rizal Ramli masuk) selalu terlihat
tenang dan jauh dari kegaduhan.
Namun begitu Rizal
Ramli digaet oleh Presiden Jokowi menjadi Menko, suasana Kabinet Kerja pun
mendadak gaduh dan berubah bagai neraka bagi pejabat negara yang bernafsu dan
gemar memburu keuntungan bisnis dalam lingkungan pemerintahan.
Tetapi di sisi lain
rakyat tentunya akan sangat senang, karena sudah pasti kepentingan rakyat dapat
diyakini bisa langsung disuarakan dan diperjuangkan oleh Rizal Ramli. Dan ini selanjutnya
akan menjadi surga bagi rakyat apabila rakyat mampu bangkit bersama mendukung
setiap terobosan dan sepak-terjang Rizal Ramli.
Bukankah memang selama
ini rakyat amat mendambakan seorang pejabat negara (menteri) seperti Rizal
Ramli, yang mampu tampil membela kepentingan rakyat dengan berani “melawan”
semua kebijakan pemerintah karena dinilai hanya mendatangkan kerugian bagi
bangsa dan negara?
Jika jawabannya “Ya”,
maka ini adalah kesempatan bagi rakyat untuk segera meruntuhkan nafsu dan dinasti
para pejabat negara yang bermental perampok uang rakyat. Dan ingat, kesempatan
seperti ini sangat-sangat jarang terjadi di sepanjang sejarah kepemimpinan di
negeri ini.
Namun kesempatan ini
sudah pasti akan dipersempit dan bahkan dihalau oleh para pejabat “nakal” berserta
para konco-konconya. Yakni dengan memunculkan dan menebar tudingan serta sejumlah
pandangan negatif terhadap diri Rizal Ramli kepada publik. Misalnya: “Rizal
Ramli menteri gaduh; Rizal Ramli cuma cari-cari muka; Rizal Ramli hanya menteri
‘media darling’; Arogansi Rizal Ramli membuat kurs dolar meroket, dan lain
sebagainya...”
Tudingan dan pandangan
negatif terhadap Rizal Ramli tersebut, kini giat ditulis oleh budak-budak
pejabat “nakal” dalam bentuk artikel lalu di-share ke berbagai media sosial
sebagai upaya untuk menyingkirkan Rizal Ramli. Olehnya itu, rakyat harus bisa pandai-pandai
melihat fakta dan membedakan: “Siapa membela siapa!”
Bahwa pada faktanya,
Rizal Ramli adalah seorang ekonom penganut dan pejuang ekonomi kerakyatan. Di
mana sejak dulu, pikiran serta tindakannya senantiasa membara dan konsisten
terhadap kepentingan ekonomi rakyat, bukan kepentingan parpol, apalagi
kepentingan bisnis.
Dalam melibas dan
mengepret para pejabat “nakal”, Rizal Ramli tak punya beban selain sepenuhnya
murni untuk kepentingan rakyat, sebab Rizal Ramli bukanlah petinggi (kader) di
salah satu parpol manapun.
Rizal Ramli bahkan bukanlah
pengusaha papan atas yang berhasil menjadi pejabat negara dengan nafsu kelas
kakap untuk melahap uang negara melalui “permainan” proyek-proyek.
Rizal Ramli hanyalah
anak bangsa yang terlahir dari perut Ibu Pertiwi, mental dan jiwannya tumbuh dan
terbentuk dari hasil cucuran keringat dan jerih payahnya secara mandiri, tanpa
mengeluh dan merengek kepada kedua orangtua yang telah meninggalkannya sejak
usia 7 tahun. Sehingga sejak itu, di benak Rizal Ramli pun kiranya terangkai
sebuah tekad berbalut doa: “jika tak sempat ku membahagiakan kedua orangtua,
maka Tuhan.. mohon izinkan aku mengabdi dan membaktikan diri kepada Ibu Pertiwi
dengan senantiasa membela kepentingan rakyat”.
Dengan mencoba menghayati
perjalanan dan perjuangan hidup Rizal Ramli yang sarat dengan penderitaan namun
mampu dilaluinya secara mandiri, dan bisa berhasil hingga seperti saat ini
dengan tetap konsisten membela kepentingan rakyat, maka tidak seharusnya ia
dimusuhi dan berusaha disingkirkan oleh mereka yang mengaku pejabat negara.
Untuk berharap agar
Rizal Ramli yang akan tunduk dan ikut berjamaah sebagai pejabat negara perampas
uang rakyat melalui permainan proyek, maka itu rasa-rasanya mustahil terjadi.
Sebab, sepanjang hayat di kandung badan, Rizal Ramli tak pernah mengkhianati
rakyat hanya karena pengaruh materi ataupun kedudukan. Justru Rizal Ramli lah
yang kerap dikhianati oleh pihak-pihak yang pernah berjuang bersamanya karena
tak tahan dengan bujuk manis dan pengaruh kedudukan serta kekuasaan.
Dengan menyadari semua
hal tersebut, maka diminta atau tidak, Rizal Ramli tentu akan tetap berupaya bertindak
laksana Superman yang takkan tawar-menawar jika mengetahui ada “kejahatan” yang
sedang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu: yakni “mengepret, dan lebih memilih
gaduh daripada memilih menjadi pengkhianat bangsa”.
Dan memang begitulah
yang seharusnya dilakukan oleh para pejabat negara. Sebab, untuk menjadikan
Indonesia hebat sebagaimana yang dilukiskan dalam ajaran Trisakti, maka tentu
sangat dibutuhkan sepak terjang dan terobosan dari super-menteri (menteri-menteri
hebat) yang di pikiran dan tindakannya selalu mengedepankan kepentingan rakyat.
Dan sekali lagi, bukan pejabat negara yang gemar mengeluarkan kebijakan yang
seolah-olah adalah kepentingan rakyat namun sesungguhnya terselip kepentingan
bisnis yang sangat besar di dalamnya untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya.