(AMS, Artikel)
PERNAH dengar istilah:
“Cinta Ditolak, Dukun Bertindak”? Ya, kurang-lebih, seperti itulah situasi pada
belantika di pemerintahan saat ini (coba dicek kembali arti ‘belantika’ dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia!).
Jika sudah dicek, maka rangkaian
kalimatnya akan menjadi: ... Ya, seperti itulah situasi pada usaha dagang atau
jasa dalam dunia “permusikan” di pemerintahan saat ini. Yakni: Kena “Kepret”, Provokator Bertindak.
Dari kalimat di atas, kata
permusikan bertanda kutip. Maknanya, bahwa terdapat sejumlah pejabat negara yang
kini sedang “menjual” (mengeluarkan) kebijakan-kebijkan atau program yang kedengarannya
“merdu” tetapi jika diamati iramanya tidaklah “stereo”, dan “syairnya” kurang
menyentuh serta dinilai tidak realistis.
Apabila “lagu-lagu atau
musik” ini diproduksi lalu dijual, maka akan mendatangkan kerugian besar dan
hanya cenderung menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Artinya, saat ini terdapat
kebijakan-kebijakan dari sejumlah pejabat negara yang sekilas kelihatan dan
kedengarannya cukup “mulia”, tetapi jika dicermati kebijakan tersebut cenderung
akan menimbulkan kerugian besar bagi bangsa juga negara, baik yang sedang
dilaksanakan maupun yang baru dalam tahap perencanaan.
Dan apabila
kebijakan-kebijakan tersebut dipaksakan untuk dijalankan atau tetap akan
dipertahankan pelaksanaannya, maka patut diduga sejumlah pejabat negara itu
sedang melakukan bisnis, alias mencari keuntungan bisnis besar dari balik
kewenangan dan kekuasaannya.
Kemudian, jika demikian
adanya pejabat negara seperti itu, maka sungguh luar biasa serakahnya. Sebab, sudah
diberi tempat terhormat dengan gaji tinggi dari rakyat serta diberi fasilitas
serba mewah dari negara, malah kini bernafsu merampok rakyat dan negaranya.
Dan patut dicatat
tebal-tebal, bahwa ulah pejabat negara seperti ini sebetulnya banyak berserakan
di daerah-daerah, yakni memanfaatkan kewenangannya untuk mendapatkan keuntungan
bisnis dari proyek-proyek yang telah dituangkannya ke dalam kebijakan-kebijakan.
Pun harus diingat,
bahwa kebiasaan buruk di kalangan pejabat seperti itu sudah lama berlangsung
secara turun-temurun, bagai pertunjukan budaya yang leluasa dipertontonkan di
hadapan rakyatnya. Dan menyaksikan semua itu, mulut rakyat hanya bisa menganga sambil
mengelus-elus dada menahan jeritan karena tak kuasa melawan.
Jadi, salahkah jika
Rizal Ramli yang memang pernah tumbuh dan dibesarkan di tengah-tengah perihnya penderitaan
rakyat karena telah yatim-piatu di usia 7 tahun itu, menolak keras segala
bentuk kebijakan yang dianggapnya hanya cenderung membuat pejabat negara dan pihak-pihak
tertentu semakin kaya dan bertambah sejahtera???
Dan kini sebagai Menko
Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli benar-benar punya kesempatan dan tekad
untuk memperjuangkan nasib rakyat. Namun cita-cita ini tentu tidak akan pernah
terwujud selama para perampok uang rakyat (negara) masih leluasa dan berkuasa
di negeri ini.
Olehnya itu tak ada
kompromi, Rizal Ramli pun mengeluarkan jurus “Rajawali Ngepret” sebagai langkah bersih-bersih dengan
berharap agar para tikus-tikus berdasi di negeri ini segera “bertobat” untuk
tidak lagi menggerogoti uang rakyat dan negara.
Namun sangat
disayangkan, tikus-tikus yang merasa terkena “kepret” itu ternyata bereaksi dan
malah balik menyerang karena merasa terusik dengan sepak terjang Rizal Ramli.
Salah satu bentuk
serangan balik dari tikus-tikus yang merasa terkena kepret adalah dengan
memunculkan dan melibatkan pihak-pihak sebagai provokator. “Cinta ditolak,
dukun bertindak. Kena kepret, provokator bertindak”.
Ya, kini Rizal Ramli mulai
digiring untuk dibenturkan (di-adudomba) dengan Presiden Jokowi oleh sejumlah
provokator. Mereka mengerahkan kekuatan media massa dengan menghambur
bertita-berita “khusus” untuk memutar alam pikir rakyat agar menuding Rizal
Ramli sebagai menteri yang hanya pandai membuat kegaduhan, menteri yang tidak
punya etika, menteri yang membuat cemas investor, menteri yang punya pikiran
sesat, dan menteri dengan sebutan-sebutan negatif lainnya.
Mencermati hal
tersebut, sejumlah kalangan juga membenarkan bahwa karena sudah ada pihak-pihak
yang merasa terkena kepret, maka provokator tiba-tiba bermunculan. Ada
provokator yang nyata-nyata membela “sang majikan” dan ada juga yang membuat
tulisan atau berita-berita bernuansa adudomba, lalu mereka ramai-ramai
men-share ke sejumlah media sosial.
Salah satu kalangan
yang membenarkan telah munculnya sejumlah provokator tersebut adalah Koordinator
Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi.
Ia menduga kuat, bahwa kelompok
saudagar di lingkaran istana kini benar-benar terganggu dengan manuver Menko
Maritim dan Sumber Daya Alam, Rizal Ramli. Karena itu, mereka ingin
menyingkirkan Rizal Ramli (RR), salah satu caranya adalah mengadu domba Rizal
Ramli dengan Presiden Jokowi.
Menurut Adhie Massardi,
indikasi terakhir dapat dilihat dari pemberitaan media massa berbasis internet
milik pengusaha Chairul Tandjung yang dekat dengan mantan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Ia menyebut, di
CNNIndonesia.com edisi Selasa, (15/9/2015), pernyataan Rizal Ramli di kantor
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diplintir dan dikemas dalam judul
bombastis: “Rizal Ramli Sebut Revolusi Mental ala Jokowi Omong Kosong”.
“Mengingat CNN memiliki
reputasi internasional, saya yakin itu bukan sekadar kesalahan penafsiran
wartawannya. Melainkan memang ada desain besar untuk membenturkan Rizal Ramli
dengan Jokowi. Karena para saudagar yang dibesarkan dengan kekuasaan, gerah
melihat sepakterjang Rizal Ramli yang konsisten memerangi KKN di republik ini,”
ungkap Adhie.
Mantan juru bicara
Presiden Gus Dur itu pun mengimbau agar CNN patut diwaspadai oleh seluruh
kekuatan reformasi karena terindikasi punya tujuan mengadu-domba Menko RR dengan
Presiden Jokowi. Dan cara-cara yang dilakukan oleh CNN tersebutpun dinilainya sangat
kotor dan tak bermutu.
Sebelumnya, saudagar
yang dibesarkan rezim Soeharto, Sofjan Wanandi, lewat posisinya sebagai Ketua
Tim Ahli Wapres Jusuf Kalla, juga giat meminta kepada Jokowi untuk menertibkan
Rizal Ramli. Tahu kan seperti apa hubungannya Sofjan Wanandi dengan Wapres...???
“Para saudagar yang
dibesarkan oleh jaringan kekuasaan tampaknya memang mulai mempertontonkan
kegeramannya kepada Rizal Ramli. Mereka lupa, zaman terus berubah. Kesadaran
rakyat kian menguat. Dan sudah muak melihat segala bentuk KKN di negeri ini,” ujar
Adhie Massardi.
Pihak lainnya yang juga
meminta kepada khalayak agar tidak terpengaruh dengan berita atau kabar-kabar
yang dapat diduga berasal dari provokator terhadap diri Rizal Ramli, adalah Ketua
Umum Partai Kedaulatan (PK), Denny M. Cilah.
Saat mencium adanya “niat”
yang tidak sehat dari pihak-pihak tertentu untuk menyingkirkan Rizal Ramli,
Denny pun bergegas mengirimkan maklumat via pesan singkat (SMS) kepada para anggotanya
di seluruh daerah. Ia bahkan secara sengaja menembuskan “Maklumat” tersebut ke
sejumlah media online.
Dalam maklumatnya,
Denny menyebutkan, bahwa niat luhur pendiri negara ini adalah menjadikan negara
berdaulat menuju rakyat sejahtera. “Tapi, mimpi (cita-cita) mulia ini akan menjadi
mimpi buruk ketika republik ini dilingkari para perampok uang rakyat,” katanya.
Dan dalam menjalankan (mewujudkan)
pemerintahan bersih, menurut Denny, tidaklah cukup hanya dengan niat baik, tapi
perlu suatu keberanian dengan berbagai resiko melawan rupa bentuk kejahatan
yang mengangkangi rakyat.
Di kaca mata rakyat, Jokowi
menggandeng Rizal Ramli adalah bentuk sinergi menuju perbaikan negara dan
rakyat. “Tapi para bandidos melakukan berbagai cara perlawanan untuk menjaga
kenyamanannya dalam menikmati uang rakyat dengan bila perlu meruntuhkan rezim
ini,” katanya.
Olehnya itu, Denny
mengimbau kepada warga Partai Kedaulatan dan juga seluruh rakyat yang
benar-benar ingin berjuang bersama mewujudkan perubahan, dimohonkan untuk
waspada dari pandangan sempit yang mengarah pada provokasi.
“Rakyat harus
dibangkitkan kesadarannya dan mari kita dukung dengan berbagai upaya memperkuat
tindakan para pemimpin yang menjalankan misi kebangkitan negara bangsa menuju
kesejahteraan umum,” ajak Denny.
Baik Adhie Massardi maupun Denny M. Cilah, nampaknya berpandangan
sama dengan rakyat, bahwa betapa tikus-tikus berdasi (para perampok uang negara
dan juga dengan mafia-mafia) saat ini telah menancapkan kuku-kukunya di
lingkaran kekuasaan. Dan jika keadaan buruk itu didiamkan, maka rakyat akan
selamanya tidak akan mendapatkan hak-haknya sebagai bangsa yang telah merdeka 70
tahun silam.
Olehnya itu, mumpung
Presiden Jokowi memberi kesempatan dan kepercayaan kepada Rizal Ramli sebagai sosok
anak bangsa yang memiliki integritas dan gelora jiwa pengabdian tinggi untuk memajuan
negeri ini, maka mari kita mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan oleh
sang Rajawali Ngepret ini.
Sebab, ketahuilah,
bahwa Rizal Ramli melakukan semua itu tanpa beban atau kepentingan politik yang
neko-neko, karena memang Rizal Ramli bukanlah sosok kader parpol mana pun. Ia
benar-benar tumbuh dan dibesarkan di tengah-tengah penderitaan bersama rakyat. Sehingga
kadar perjuangan dan pengabdian yang diperlihatkannya saat ini adalah murni
untuk kepentingan rakyat.
------
SALAM PERUBAHAN.