Sunday, 8 February 2015

Pelengseran di Depan Mata, Jokowi Harus Pilih: Ibu Mega atau Ibu Pertiwi?


(AMS, Opini)
MESKI agak terlambat, tetapi rakyat saat ini berangsur-angsur nampaknya sudah “siuman” dan semakin bisa “mengenali” siapa sebenarnya Jokowi?

Ya, kini akhirnya sudah menjadi rahasia umum dan hampir dipastikan, bahwa Jokowi adalah sesungguhnya hanyalah presiden boneka yang senantiasa harus siap menjalankan perintah “ini dan itu” dari KMP (Kalla, Mega, Paloh).

Mulai dari kebijakan pencabutan subsidi BBM, hingga pada penunjukan menteri-menteri, Jaksa Agung, juga penunjukan Budi Gunawan (BG) sebagai calon tunggal Kapolri, semuanya bukanlah atas kehendak Jokowi, melainkan sangat patut diduga adalah menurut selera dan restu KMP (Kalla, Mega, Paloh).

Akibatnya, kebijakan-kebijakan Jokowi yang dinilai tidak pro-rakyat dan sarat dengan kepentingan kelompok itupun hanyalah lebih menghasilkan kegaduhan dan kekacauan. Sehingga saat ini, tidak sedikit orang yang sudah merasa jengkel bahkan kecewa terhadap rezim yang mengaku pro-rakyat itu tetapi nyatanya hanya banyak memunculkan problem buat rakyat.

Melihat kondisi tersebut, Dr Rizal Ramli menyebut, bahwa Jokowi kelihatannya memang sangat merakyat karena senang blusukan, tetapi sayangnya kebijakan-kebijakannya sangat menyengsarakan hidup rakyat.

Sehingga itu Rizal Ramli yang pernah sukses menurunkan Utang Luar Negeri ketika menjabat Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur itupun mengajak Jokowi agar segera kembali kepada misi-visi sebelumnya, yaitu menjalankan ajaran Trisakti.

Sebab jika situasi gaduh dan kacau yang muncul sebagai akibat dari kebijakan Jokowi tersebut tak bisa dikendalikan, juga dengan “status” sebagai presiden boneka tak bisa dihilangkan, maka meski dinilai tidak melakukan pelanggaran berat terhadap konstitusi, namun Jokowi sebagai presiden secara politik dan sosial terancam dilengserkan.

Sekarang masalahnya terserah kepada Jokowi sendiri, apakah ingin memilih untuk lebih mencintai Ibu Mega ataukah Ibu Pertiwi? Sebab memang sangat menyakitkan jika rakyat memberikan kepercayaan kepada Jokowi sebagai presiden tetapi yang mengendalikan negara ini justru bukan Jokowi.