FAISAL Basri adalah sosok yang dikenal sebagai mantan aktivis pemberani. Mahfud MD bahkan menyebutnya sebagai sosok lurus dan prorakyat. Tetapi “titel” itu rasa-rasanya sudah harus dilepaskan dari diri Faisal Basri.
Sebab, sejak ia diangkat oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sebagai Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (TRTKM) alias Tim Pemberantas Mafia Migas pada Minggu (16/11/2014), Faisal Basri tiba-tiba berubah “wujud”.
Ya, Faisal yang bernama asli Faisal Batubara itu kini tak lagi membara membakar semangatnya dalam membela rakyat miskin. Faisal Batubara itu kini menjelma bagai batu-apung yang amat ringan terapung-apung dan menari-nari di atas penderitaan rakyat.
Bagaimana tidak, Faisal bersama para aktivis pergerakan perubahan lainnya yang pada tahun-tahun sebelumnya sama-sama ikut menentang dan menolak kenaikan harga BBM, kini malah tunduk pada pemerintahan yang menganut neoliberalisme, ia bahkan ikut dengan tegas mendukung kenaikan harga BBM.
Praktis, para LSM dan aktivis pergerakan perubahan menjadi geram. Sejumlah aktivis, seperti Imam Shalahudin dan Galih Andreanto dari GMNI bahkan menuding Faisal Basri sudah kotor, bodoh dan rusak.
Menurut mereka, mental Faisal Basri yang diharapkan menolong rakyat miskin, malah mendukung Jokowi naikkan harga BBM, dan itu pertanda mental Faisal Basri sudah kotor, rusak dan intoleran kepada kaum miskin, sangat menyedihkan.
Sebagai Ketua TRTKM, Faisal bahkan tak tanggung-tanggung merekomendasikan agar Pemerintah segera menghilangkan (menghapus) BBM jenis Premium RON 88 lalu beralih ke MoPS Mogas 92 setara Pertamax.
Rekomendasi tersebut menurut Salamuddin Daeng, adalah merupakan langkah yang sangat licin guna memuluskan jalannya liberalisasi migas. Mengapa demikian?
Pengamat dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) ini pun memunculkan 9 pandangan yang menjadi alasannya.
1). Menghapus BBM RON 88 berarti menghapus BBM jenis premium. Dengan demikian maka hanya jenis Pertamax yang akan dijual kedepan.
2). Menghapus RON 88 berarti membenarkan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, atau membenarkan logilka pencabutan subsidi BBM.
3). Menghapus RON 88 berarti menutup peluang pemerintahan Jokowi menurunkan harga BBM. Padahal mestinya pemerintah menurunkan harga BBM di tengah menurunnya harga minyak global.
5). Menghapus RON 88 berarti membuka liberalisasi, dimana Pertamina dipaksa membeli pada trader minyak melalui mekanisme pasar bebas. Termasuk impor minyak oleh Sonangol yang konon memiliki kedekatan dengan partai penguasa.
6). Menghapus RON 88 berrarti memperlemah daya saing Pertamina. Selama ini Ron 88 merupakan produk utama Pertamina yang medominasi pasar Indonesia.
7). Menghapus RON 88 berarti akan membuka jalan bagi perusahaan asing dalam mengalahkan Pertamina dan menguasai pasar minyak dalam negeri.
8). Menghapus RON 88 berarti amputasi rantai pasokan Pertamina dan menambah ketergantungan Pertamina kepada trader yang bermain di pasar minyak RON 92.
9). Menghapus RON 88 berarti mengganti importir lama dengan mafia baru yang diduga memiliki kedekatan dengan penguasa baru.
Sikap Faisal Basri yang kini bisa tiba-tiba menjelma menjadi sosok “pemuja” pemerintahan neolib yang telah menyakiti hati rakyat itu dinilai oleh Rizal Ramli dengan sebutan Stockholm Syndrome. “Kena penyakit ‘Stockholm Syndrome’: sandera yg mencintai penyanderanya. Piye? Penghapusan Premium untuk Siapa?” tulis Rizal Ramli dalam akun Twitternya.
Apa itu Stockholm Syndrome? Menurut pengertiannya, Stockholm Syndrome adalah semacam penyakit mental yang bisa membuat penderita mengalami distorsi, dislokasi dan disorientasi. Atau dengan kata lain, orang yang terjangkit wabah Stockholm Syndrome ini diidentifikasi telah kehilangan jadi diri, kehormatan dan akal sehat.
Stockholhom Syndrome sebetulnya sudah lama mewabah dan lebih dahsyat dan sekaligus aneh sendiri dibanding kejadian mana pun, sebab melibatkan jutaan orang dan proses surrender-nya bersifat suka rela, tanpa ada tekanan psikologis yang ekstrim. Orang yang telah terkena wabah ini bisa dengan “sukarela” mengingkari segenap rasa sakit dan penderitaan mereka serta teman-teman seperjuangan, baik di masa lalu, masa kini, dan mungkin juga di masa yang akan datang.
Istilah Stockholhom Syndrome ini bisa menjadi tenar ke seluruh dunia adalah bermula dari peristiwa penculikan dan penyanderaan Patricia Campbell Hearst, cucu pemilik kerajaan media Williams Randolps Hearts di Amerika Serikat. Di akhir peristiwa itu, Patricia malah mencintai penyanderanya yang terkenal kejam dan bengis itu.
Jadi sungguh sangat menyedihkan jika ada seseorang yang harus terkena wabah Stockholhom Syndrome. Atau... jangan-jangan Anda pun sudah ikut terkena....??!!