(AMS, Opini)
SEJAK Dr. Rizal Ramli ditunjuk sebagai Komisaris Utama Bank Negara Indonesia (BNI) pada 17 Maret 2015 lalu, tidak sedikit kalangan hingga saat ini memandang, bahwa penunjukkan tersebut nampaknya hanyalah sebagai upaya pemerintahan Jokowi-JK untuk menyumbat pergerakan Rizal Ramli sebagai tokoh pejuang perubahan.
Salah satunya adalah Arief Poyuono selaku Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu menilai, bahwa pengangkatan Rizal Ramli adalah sebagai upaya pembungkaman sikap kritis Rizal Ramli. Karena menurutnya, Rizal Ramli selama ini adalah tokoh yang sangat rajin mengkritisi kebijakan pemerintahan Jokowi di bidang ekonomi.
Tentu saja, pandangan Arief Poyuono ini sama halnya menilai Rizal Ramli telah berhasil “disogok” dengan jabatan sebagai komisaris utama.
Namun pandangan Arief Poyuono ini sudah pasti tak beralasan dan sangat tidaklah berdasar. Olehnya itu, pandangan terhadap Rizal Ramli seperti inipun tentulah sangat keliru.
Sebab sesungguhnya, Rizal Ramli bukanlah tokoh pemburu dan gila jabatan, apalagi jabatan yang hanya sekelas seperti komisaris utama.
Artinya, posisi sebagai komisaris utama boleh dibilang adalah jabatan rendah dibanding dengan jabatan yang telah pernah diduduki oleh Rizal Ramli sebelumnya, yakni sebagai Kabulog, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan kini sebagai anggota panel di badan dunia PBB. Dan bahkan Rizal Ramli pernah mendapat aspirasi luas dari rakyat untuk maju sebagai calon presiden dan atau wakil presiden.
Rizal Ramli adalah tokoh idealis yang telah dicatat oleh sejarah sebagai sosok pejuang perubahan pro-rakyat. Sebab sejak dulu, ia memang selalu tampil di barisan terdepan sebagai sosok pembela hak-hak dan penegak kedaulatan rakyat.
Jangankan jabatan, jiwa dan raganya pun selalu siap ia korbankan demi tercapainya sebuah perubahan yang menjadi cita-cita rakyat. Hanya saja, kekuatan politik kotor yang masih terpelihara hingga saat ini membuat dirinya sulit untuk diusung agar dapat menjadi pemimpin di negeri ini.
Semasa menjadi aktivis mahasiswa ITB, Rizal Ramli terpaksa harus dipenjara oleh rezim Orba karena menentang keras pemeritahan Soeharto yang dinilainya amat otoriter.
Di era SBY-JK, Rizal Ramli bahkan harus dipecat dari jabatannya sebagai Komisaris Utama Semen Gresik dan nyaris kembali dipenjara lantaran memimpin sebuah aksi unjukrasa tahun 2008 di depan Istana untuk membela hak-hak rakyat, yakni mendesak pemerintah agar tidak seenaknya menaikkan harga-harga kebutuhan hidup yang sudah pasti hanya menyengsarakan rakyat.
Olehnya itu, hanya dengan memahami perjalanan perjuangan idealisme serta sekelumit sejarah Rizal Ramli mulai sebagai aktivis mahasiswa hingga kini selaku ekonom senior, maka dapat disimpulkan bahwa sosok yang telah menjadi anak yatim-piatu sejak masih berusia 7 tahun itu sesungguhnya tidaklah pernah mengkhianati rakyat. Bahkan tak jarang dia-lah yang kerap dikhianati oleh sejumlah pihak yang telah ia “bantu”.
Olehnya itu, bagi seluruh pihak yang tiba-tiba cemas terhadap Rizal Ramli hendaknya tak perlu kuatir. Sebab, hingga kini Rizal Ramli adalah sosok yang berintegritas dan berkompetensi yang tinggi serta masih tetap sangat kental sikap idealismenya dalam memperjuangkan perubahan untuk kepentingan rakyat.
Buktinya, seiring dengan ramainya unjukrasa yang kini digelar oleh mahasiswa di berbagai daerah, terlebih pula dengan adanya wacana untuk menggelar aksi demo besar pada Bulan Mei ini oleh mahasiswa guna mendesak Jokowi-JK agar segera turun dari jabatannya, Rizal Ramli pun dengan tegas menyatakan akan tetap mendukung pergerakan mahasiswa tersebut.
“Saya tidak masalah jabatan yang sekarang (Komisaris Utama BNI), ga penting amat,” ujar Rizal Ramli.
Banyaknya aksi mahasiswa yang digelar di sejumlah daerah, menurut Rizal Ramli, memang sudah sepatutnya dilakukan. Sebab, saat ini pemerintah tidak sensitif dengan persoalan-persoalan yang dialami rakyat, terutama soal kenaikan harga bahan pokok.