UMAT Islam sangat meyakini adanya Lailatul Qadar (Lailatul Qad’r), yakni satu malam ketetapan yang teramat penting yang terjadi di malam bulan Ramadhan.
Dalam hadits, dari Aisyah ra mengatakan : "Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, dan beliau bersabda: Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan" (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169).
Al-Qur'an juga menjelaskan makna dan keistimewaan Malam Lailatul Qadar tersebut, yakni suatu malam ketetapan yang memiliki keutamaan dan keistimewaan yang luar biasa, yaitu malam kemuliaan yang lebih baik daripada 1000 bulan.
Pada malam itu, para malaikat dibawah pimpinan Jibril turun atas izin Allah SWT, mereka menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan mengatur segala urusan. Mereka mengunjungi hamba-hamba yang telah dipilih Allah untuk diberi karunia yang lebih baik dari 1000 bulan, mereka menyampaikan salam sampai terbitnya fajar ke seluruh semesta alam.
Olehnya itu, Lailatul Qadar juga disebut malam penuh kemuliaan karena di dalamnya tercurah karunia Allah yang amat besar dengan segala kebaikan dan keberkahan bagi hamba Allah yang mendapatkannya. Dan sungguh sangat beruntunglah orang-orang yang diberi malam Lailatul Qadar, karena derajat hidup dan keimanannya akan diangkat setinggi-tingginya.
Dari penjelasan mengenai Malam Lailatul Qadar di atas, saya membayangkan betapa dahsyatnya jika Presiden Jokowi bisa diberi atau mendapat Malam Lailatul Qadar. Sebab apabila Presiden Jokowi mendapat Malam Lailatul Qadar, maka tentu ia akan mendapat tuntunan dan petunjuk dari Allah Sang Maha Kuasa dan Yang Maha Bijaksana untuk segera membenahi seluruh masalah bangsa yang sedang melilit di negeri ini.
Lalu “tanda-tanda” seperti apa saja yang bisa dipandang bahwa Presiden Jokowi telah mendapat Malam Lailatul Qadar?
Sederhana saja, yakni di antaranya bisa berupa: Melakukan perombakan atau penyusunan ulang (reshuffle) kabinet, sebab kabinet yang ada saat ini samasekali dinilai tidak mampu bekerja sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia, terutama di bidang ekonomi.
Tetapi perlu ditekankan, bahwa reshuffle kabinet yang akan dilakukan nantinya harus sesuai dengan tuntutan kepentingan rakyat Indonesia, bukan atas dasar tuntutan atau menurut selera kepentingan parpol serta kelompok tertentu.
Tanda-tanda Presiden Jokowi mendapatkan Malam Lailatul Qadar akan semakin jelas terlihat apabila ia mampu memilih dan menunjuk orang-orang yang tepat untuk di tempatkan dalam kabinet.
Misalnya posisi Menteri Koordinator Perekonomian. Presiden Jokowi dinilai sangat tepat apabila menunjuk orang seperti DR. Rizal Ramli. Sebab, Rizal Ramli selama ini memang dikenal sebagai sosok petarung (pekerja keras dan cerdas) yang senantiasa memperjuangkan ekonomi kerakyatan, punya pengalaman dan track-record yang sangat baik.
Yakni, meski tak begitu lama menjabat sebagai Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur (seumur Kekuasaan Gus Dur) namun ia mampu menjadikan Gus Dur sebagai satu-satunya presiden yang berhasil menurunkan utang luar negeri, dan banyak lagi tugas-tugas yang berhasil diembannya, mulai sebagai Kabulog, Menko Perekonomian, Menteri Keuangan hingga sebagai Presiden Komisaris di PT. Semen Gresik.
Apalagi Rizal Ramli memang sejak dahulu tak pernah menjadi kader atau pengurus parpol tertentu (independen), sehingga nantinya ia bisa dipastikan akan bekerja secara profesional, yakni akan lebih mengedepankan kepentingan seluruh rakyat, dan juga akan mampu memperlakukan kepentingan semua parpol (tidak membeda-bedakan antara parpol satu dengan parpol lainnya).
Dan dibanding dengan nama-nama lain yang ikut disebut-sebut sebagai calon Menko Perekonomian dalam Kabinet Jokowi-JK, maka Rizal Ramli lah yang lebih dikenal sebagai penganut “fanatik” ajaran Tri Sakti.
Akan tetapi apabila posisi Menko Perekonomian nantinya hanya diserahkan kepada orang lain (budak asing, IMF, dll) selain orang seperti Rizal Ramli, maka setiap kebijakan ekonomi Presiden Jokowi bisa dipastikan hanya akan selalu menjadi mimpi buruk yang menyengsarakan rakyat, yang sekaligus menandakan bahwa Jokowi sesungguhnya bukanlah presiden yang diberkahi.
Namun mari kita doakan, semoga Presiden Jokowi termasuk hamba yang mendapatkan Malam Lailatul Qadar agar senantiasa dituntun ke jalan yang benar, disegani dan dihormati karena kebijakan-kebijakannya yang tepat untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan parpol-parpol tertentu yang membuat dirinya hanya mendapat hujatan dan cacian seperti saat ini. Amiin.