Thursday 28 July 2011

Kapten Pilot, Nazaruddin Pun Tuntut Keadilan

(AMS, opini)
MOGOK terbang yang dilakukan oleh sejumlah pilot lokal Garuda, diketahui adalah dipicu lantaran manajemen Garuda yang dinilai tidak memperhatikan aspirasi para pilot lokal yang berjumlah 840 orang, yang menghendaki agar  mendapatkan penghasilan setara dengan 43 pilot asing yang dipekerjakan Garuda Indonesia.


Intinya, mereka mengeluhkan dan mempersoalnya adanya disparitas penghasilan atau gaji kapten pilot lokal yang nilainya sangat berbeda jauh dengan kapten pilot asing yang konon mencapai gaji pokok 9.000 dollar AS atau sekitar Rp77,4 juta ditambah akomodasi hingga mencapai total 10.200 dollar AS atau total sekitar Rp87,7 juta perbulan, dibanding gaji pokok kapten pilot lokal yang mencapai Rp33 juta per bulan, dengan total gaji sekitar Rp43 juta.

Mengetahui gaji para kapten pilot itu (lokal maupun asing), membuat siapapun pasti terbelalak, apalagi rakyat yang berstatus ekonomi lemah ke bawah, yang jumlahnya masih cukup banyak tersebar di tanah air, pastilah mereka hanya dapat menelan air liur dalam-dalam melihat tingginya nilai gaji para pilot tersebut sambil berkata: “Tapi kok mereka masih harus menuntut keadilan?”

Inilah masalahnya. Menuntut keadilan acapkali menjadi alasan dari sebuah kesenjangan. Mulai dari rakyat kecil, kapten pilot, bahkan hingga kepada Nazaruddin pun tak luput diliputi hasrat untuk mendapatkan keadilan ketika menghadapi dan diterjang oleh sebuah masalah.

Dan kapten pilot yang melakukan mogok terbang itu juga sudah pasti dapat memunculkan keresahan dan kerugian bagi banyak pihak?

Meski nilai keadilan yang dituntut oleh para pilot itu tidaklah sama dengan keadilan yang diharapkan oleh Nazaruddin, tetapi bicara soal angka atau nilai pembagian yang diterima, membuat “bentuk keadilan” yang dituntut oleh para pilot dan Nazaruddin pada hakikatnya tidaklah berbeda, karena sama-sama menuntut keadilan bisa berpihak kepada mereka.

Artinya dalam hal ini, paling tidak Nazaruddin amat mendambakan lahirnya sebuah keadilan dari dosa yang tidak dilakukannya sendiri. Sebab secara logika dalam lingkaran kekuasaan, tidaklah mungkin Nazaruddin bisa berbuat sebuah kejahatan sendiri tanpa ada yang mendampinginya.Sehingga, Nazaruddin rasa-rasanya tetap akan bertahan di tempat persembunyiannya sebegai bentuk protes sebelum dirinya betul-betul yakin bisa mendapatkan keadilan sebagaimana yang diharapkannya. Yaaa…. seperti para pilot lokal itu yang akan tetap mogok terbang jika belum mendapat keadilan.

Untung saja rakyat kita, seperti seluruh petani dan semua nelayan tak pernah melakukan mogok kerja. Jika para petani dan nelayan ikut mogok? Maka koruptor mau makan apa? Makan uang? Makan tuh kertas!!!