Wednesday 8 June 2016

Menko Darmin Mandul? Ibu-ibu Lesu dan Stres!


(AMS, Artikel)
PRESIDEN Jokowi sekitar 10 bulan silam pernah “berjanji”, bahwa ekonomi di negeri ini mulai bulan September, Oktober dan Nopember 2015 akan meningkat tajam dan melesat bagai roket.

“Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas Nopember (2015) itu bisa begini (sambil memperlihatkan tangan menunjuk ke atas),” kata Jokowi di Istana Bogor, Rabu (5/8/2015).

Sayangnya, Darmin Nasution yang diberi tugas dan tanggungjawab sebagai Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian hingga kini juga masih dinilai mandul, --alias belum mampu memperlihatkan “kejantanannya” (kemampuannya) dalam membantu melahirkan dan mewujudkan “janji” Presiden Jokowi tersebut.

Bahkan, boleh dikata kondisi ekonomi saat ini sepertinya kian parah.  Di mana persendian ekonomi di negeri ini terasa semakin sangat sulit digerakkan, seakan ingin lumpuh. Juga, denyutan nadi ekonomi terasa sangat lemah, seakan sulit memompa alirannya ke seluruh “organ” di negeri ini. Akibatnya, bagai tubuh manusia, kondisi ekonomi kita saat ini pun semakin tak sehat.

Di mana-mana jeritan rakyat makin nyaring terdengar karena tercekik oleh situasi ekonomi yang serba sulit. Terutama ibu-ibu rumah tangga yang saat ini mengaku sangat lesu dan sedih tak berdaya akibat “meroketnya” harga-harga kebutuhan pokok.

“Katanya Presiden Jokowi sudah perintahkan supaya harga seperti daging sapi diturunkan sampai Rp. 80 ribu perkilo, tapi nyatanya harga daging sapi masih Rp. 110 ribu bahkan Rp.120 ribu perkilo. Juga dengan harga-harga kebutuhan pokok lainnya naiknya gila-gilaan. Sementara gaji suami tak pernah naik-naik, bagaimana ini, sungguh pusing dan bikin lesu,” ujar Ibu Nety (51), warga Kota Tengah-Kota Gorontalo.

Selain Ibu Nety, masih banyak ibu-ibu rumah tangga lainnya yang amat mengeluhkan situasi ekonomi yang sangat sulit seperti ini. Mereka mengaku amat kecewa. Katanya, Presiden Jokowi percuma menunjuk Menko Perekonomian seperti Darmin Nasution namun hanya mandul, sebab nyatanya saat ini Menko Darmin tidak mampu berbuat banyak untuk membantu presiden dalam menciptakan ekonomi yang sehat. “Jangan-jangan Pak Menko ini (Darmin) bukan pilihannya Pak Jokowi?” ujar seorang ibu rumah tangga.

Omelan ibu-ibu rumah tangga ini sama sekali tak bisa disalahkan, sebab memang di mana-mana kenyataannya harga-harga kebutuhan pokok saat ini benar-benar mengalami kenaikan, dan pemerintah nampak tak berdaya mengatasinya.

“Kita merasa bagai anak ayam yang kehilangan induk, percuma ada pemerintah tetapi tak bisa membantu rakyatnya ketika menghadapi kesulitan, seperti sekarang ini di saat kita benar-benar sulit menjangkau harga kebutuhan pokok seolah-olah kita dibiarkan begitu saja menghadapi situasi sulit ini,”keluh ibu-ibu lainnya.

Sementara itu dilansir Poskota-news, kaum ibu yang sibuk berbelanja di Pasar Mampang Prapatan untuk kebutuhan sahur puasa hari pertama, Senin (6/6/2016), mengaku kaget karena harga-harga sembako terus meroket, termasuk sayur-mayur. “Seminggu pertama puasa, anak-anak saya biasanya minta dimasakin kolak untuk kudapan buka puasa,” kata Muryati, warga RW 01 Tegal Parang saat belanja di Pasar Mampang Prapatan, Minggu (5/6/2016).

Namun ibu ini kecewa lantaran gula merah kualitas sedang dijual Rp18.000/kg dari sebelumnya Rp15.000/kg, dan untuk gula merah kualitas 1 dibandrol Rp20.000/kg. Gula pasir eceran dan gula pasir bermerek juga naik Rp2.000/kg menjadi Rp16.000/kg dan Rp17.000/kg.

Pada situasi seperti itu, menurut Muryati, untuk kebutuhan kolak ia juga harus membeli kelapa untuk santan yang kini dijual Rp8.000 per butir dari sebelumnya Rp6.000/butir. Serta sajian utama kolak antara lain tape singkong, kolang-kaling, ubi, singkong ataupun pisang. Ia pun memperkirakan untuk masak kolak saja sudah lebih dari Rp.50 ribu. Belum lagi untuk lauk buka puasa dan sahur.

Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok nampaknya tidak hanya membuat ibu-ibu rumah tangga menjadi lesu, sedih dan kecewa, tetapi juga bisa membuat stres tingkat tinggi hingga berpotensi memicu untuk melakukan hal-hal yang tak diharapkan, misalnya mencuri, menjabret, dan lain sebagainya.

Seperti yang terjadi di Sumatera Selatan, seorang ibu rumah tangga berinisial ES (30) nekat menjambret kalung emas milik seorang bocah perempuan 3 tahun di Pasar Baru Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim.

Menurut pengakuan ES, dirinya ke pasar tidak sedikitpun bermaksud menjabret, namun karena harga-harga kebutuhan pokok di pasar sangat sulit dijangkau, maka dirinya terpaksa menjambret. “Saya sangat butuh uang untuk kehidupan sehari-hari. Menjelang puasa, harga sembako naik, sementara pendapatan minim,” ujar ES saat berhasil dibekuk pihak berwajib.

Kelesuan, kesedihan, dan rasa stres ibu-ibu rumah tangga tersebut memang sangat beralasan, sebab bukan hanya harga-harga sembako yang membuat kepala pusing, tetapi juga anak-anak mereka saat ini juga sedang sangat membutuhkan keperluan sekolah pada tahun pelajaran baru ini, seperti pakaian, sepatu, buku-buku sekolah dan lain sebagainya.

Sehingga itu kelesuan, kesedihan, juga rasa stres ibu-ibu rumah tangga dalam menghadapi situasi ekonomi yang sangat sulit seperti ini hendaknya tak bisa dibiarkan terus terjadi. Darmin sebagai Menko Perekonomian harus segera mengambil langkah strategis agar tidak melemahkan kepercayaan rakyat terhadap Presiden Jokowi.

Namun jika Darmin Nasution tetap mandul dalam menjalankan tugasnya, maka boleh dipastikan bahwa bukan hanya ibu-ibu rumah tangga yang merasakan lesu, sedih dan stres tingkat tinggi, tetapi juga Presiden Jokowi. Pertanyaannya, apakah sudah tak ada lagi sosok yang lebih pantas dan yang lebih mumpuni untuk diberi kepercayaan sebagai Menko Perekonomian guna mengatasi kesulitan ekonomi yang rakyat alami di negeri ini???