(AMS, opini)
SESAAT ketika Perang Dunia II berakhir, Pemerintah Jepang bergegas bangkit dari sisa puing-puing kehancuran, lalu segera membenahi diri. Salah satunya adalah dengan melakukan langkah prioritas (saat itu), yakni dengan melakukan bagi-bagi telur kepada seluruh anak sekolah setiap ingin berangkat ke sekolah. Hasilnya, anak-anak Jepang menjadi cerdas, yang 15-20 tahun kemudian nyatanya berhasil membawa Jepang menjadi negara kuat dan maju.
Hal tersebut dikisahkan dan digambarkan DR. Rizal Ramli selaku kandidat Capres 2014 Konvensi Rakyat dalam Debat Publik. Acara ini dihadiri ribuan warga Kota Bandung-Jawa Tengah dan sekitarnya di Gedung Sabuga ITB, Bandung, Minggu (2/3/2014).
Menurut Rizal Ramli selaku Capres yang paling gigih sejak dulu memperjuangkan kepentingan rakyat ini, Indonesia seharusnya bisa bercermin dari kebangkitan Jepang di masa lalu tersebut. Sayangnya, pemerintah Indonesia enggan melakukan hal serupa. Pemerintah malah lebih sibuk mengurus kepentingan kelompoknya sendiri-sendiri.
Mantan Menteri Keuangan ini dengan tegas menekankan, bahwa dengan APBN-RI yang jumlahnya lebih Rp.1.800 Triliun itu, semestinya banyak yang bisa dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terhadap rakyatnya, terutama dalam hal peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Termasuk tentunya membenahi 30 persen anak-anak sekolah usia SD yang saat ini masih kekurangan gizi dan kurang protein.
“Sayang sekali, besarnya anggaran itu justru dialokasikan untuk membiayai birokrasi secara berlebihan. Untuk anggaran perjalanan dinas saja, misalnya, pada 2013 jumlahnya mencapai Rp23 Triliun. Jumlah ini jauh lebih tinggi ketimbang anggaran pertanian yang hanya Rp15,5 Triliun,” ujar Rizal Ramli geleng-geleng kepala seraya menambahkan, bahwa kok pemerintah tidak mau (tidak mampu) menyediakan sebutir telur (saja) untuk tiap anak SD?
Menggali hal tersebut, Rizal Ramli menyebutkan, bahwa masalahnya bukan karena kita tidak punya uang. Persoalannya, kata dia, karena negara ini salah urus, salah prioritas. “Kalau Rizal Ramli jadi presiden, kita akan memangkas biaya perjalanan dinas hingga maksimal Rp10 Triliun. Selisih anggaran itulah yang kita alihkan untuk mencerdaskan anak-anak kita, para pemimpin masa depan Indonesia,” tegas Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur tersebut disambut tepuk tangan dan sorak-sorai yang panjang dari hadirin. Tanda mereka semuanya setuju dengan gagasan tersebut.
Rizal Ramli yang dinilai banyak kalangan sebagai sosok yang sangat pantas diusung oleh PDI-P, Nasdem, Gerindra, PBB, PKPI dan atau parpol “sejenisnya” untuk maju bertarung dalam Pilpres ini, menyebutkan, bahwa Kemendikbud tidak boleh lagi diurus dengan pendekatan birokratis. “Ini merusak pendidikan, karena yang ada di benak para pejabatnya (adalah hanya) proyek dan proyek. Pendidikan harus dikelola secara akademik,” tegas Rizal Ramli yang sempat memimpin delegasi RI ke sidang Consultative Group on Indonesia (CGI), yang dari situ berhasil meghasilkan hibah terbesar sepanjang sejarah bagi Indonesia.
Dengan izin dan restu Allah Yang maha Kuasa serta dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, Rizal Ramli bertekad meneruskan dan mewujudkan cita-cita Soekarno dengan memadukan ajaran Gus Dur, demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, dan menjadi Indonesia sebagai negara yang digdaya.