(AMS, Artikel)
MESKI Rizal Ramli di dalam pemerintahan dinilai begitu aktif
melakukan berbagai terobosan, dan sangat sengit membela dan memperjuangkan hak-hak
rakyat, namun Presiden Jokowi tiba-tiba mencopotnya melalui reshuffle kabinet jilid
2 dengan alasan karena kerap melakukan kegaduhan.
Tetapi di seluruh lapisan masyarakat, tak sedikit yang
memandang bahwa alasan pencopotan tersebut amat mengada-ngada dan sangat sarat
kepentingan politik serta kepentingan pihak-pihak tertentu.
Justru kegaduhan yang dilakukan oleh Rizal Ramli tersebut
dinilai sebagai bukti keberpihakan
kepada rakyat, terutama rakyat di kalangan bawah. Juga sekaligus menunjukkan,
bahwa kegaduhan seperti itu merupakan upaya penegakkan konstitusi dengan benar.
Sebab, bukankah memang konstitusi (sebagai pembatas kekuasaan penguasa) menghendaki
agar kepentingan rakyat dapat diletakkan di atas daripada kepentingan kelompok tertentu?
Atas semua itulah, tak lama berselang dicopotnya Rizal
Ramli dari jabatannya selaku Menko Kemaritiman, berbagai lapisan masyarat pun merasa
terpanggil untuk “gantian” membela Rizal Ramli, sosok yang rela mempertaruhkan
jabatannya demi membela kepentingan rakyat.
Mereka yang merasa terpanggil dan telah menyatakan
dukungannya tersebut, di antaranya adalah JNIB:
Jaringan Nasional Indonesia Baru (salah satu komunitas relawan Jokowi); Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI); Komunitas Gerakan
Jakarta Memanggil Rizal Ramli; Komunitas Jakarta
Tanpa Tangis; serta tak sedikit kelompok-kelompok warga yang langsung
mendatangi kediaman Rizal Ramli.
Mereka dari berbagai kalangan dan lapisan tersebut dengan
sukarela menyatakan mendukung sepenuhnya Rizal Ramli untuk maju menjadi
Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 mendatang.
Mereka bahkan meminta agar Rizal Ramli tak usah malu jika
dikatakan turun level atau turun kelas dari menko ke gubernur. Sebab, Rizal Ramli
dicopot bukan karena korupsi atau melakukan tindakan penyelewengan, melainkan
dicopot karena membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat yang tertindas.
Terlebih Jakarta sebagai ibukota negara tentu sangat patut “digawangi” oleh
sosok seperti Rizal Ramli agar tak mudah “dijebol” oleh pihak-pihak luar yang hanya
ingin mencari keuntungan kelompoknya saja.
Selanjutnya, Rizal Ramli tentu saja juga diminta agar dalam
menuju Pilkada DKI tak perlu menghiraukan apabila disebut “barisan sakit hati” lantaran
dicopot.
Sebab, Megawati Sukarnoputri juga pernah “didongkel”
oleh rezim Orde Baru. Yakni, dalam Kongres
Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, meski Megawati
terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI, namun pemerintahan Soeharto yang
tidak puas dengan terpilihnya Megawati sebagai Ketua Umum PDI berhasil “mendongkel”
Megawati dalam Kongres PDI di Medan dengan memilih Soerjadi, sebagai Ketua Umum
PDI, tahun 1996.
Dan karena ibu Mega adalah wanita “baja”, maka ia
tetap maju dan membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk
membuktikan bahwa dirinya bukan sakit hati, tetapi lebih kepada sebuah
perjuangan dan cita-citanya untuk ikut serta berpartisippasi memajukan negeri
ini dalam bidang politik.
Di tubuh Golkar bahkan lebih “gila” lagi. Artinya, jika
memang ingin mencari “barisan sakit hati”, maka kiranya di Golkar itulah
tempatnya.
Tengok saja sudah berapa banyak kader Golkar yang harus
hengkang dari tempat berlindungnya di bawah “Pohon Beringin” (yang selama ini “menghidupinya”)?
Ada dinilai karena memang kader tersebut “kutu loncat”, dan juga ada dinilai hanya
“sakit hati” lantaran tidak mendapat posisi sesuai yang dikehendakinya, lalu mereka
pun berbondong-bondong membentuk partai baru?
Bahkan JK yang pernah dipecat oleh Presiden Gus Dur
lantaran diketahui melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) adalah mungkin
juga termasuk orang yang sempat merasakan “sakit hati”. Dan lihat saja
sekarang, toh, JK tak merasa “malu” sedikit pun apalagi ingin menyerah untuk tetap
maju dan bertahan. Apalagi orang seperti Rizal Ramli yang jelas-jelas dicopot
bukan karena korupsi, mengapa harus malu?
Maju dan bersemangatlah seperti semangat yang pernah
diperlihatkan oleh Ibu Megawati Sukarnoputri ketika merasa dizolimi oleh
penguasa Orde Baru!!! Juga dengan gelora Prabowo yang tetap berkobar hingga
saat ini meski juga pernah merasa
tersakiti oleh “koleganya” di Pilpres 2009!!! Selamat Berjuang!!!
Dan
Salam Pergerakan Perubahan!!!