Friday, 5 August 2016

Rizal Ramli for DKI-1: Jangan Hiraukan Jika Disebut “Barisan Sakit Hati”, Ini Alasannya


(AMS, Artikel
MESKI Rizal Ramli di dalam pemerintahan dinilai begitu aktif melakukan berbagai terobosan, dan sangat sengit membela dan memperjuangkan hak-hak rakyat, namun Presiden Jokowi tiba-tiba mencopotnya melalui reshuffle kabinet jilid 2 dengan alasan karena kerap melakukan kegaduhan.

Tetapi di seluruh lapisan masyarakat, tak sedikit yang memandang bahwa alasan pencopotan tersebut amat mengada-ngada dan sangat sarat kepentingan politik serta kepentingan pihak-pihak tertentu.

Justru kegaduhan yang dilakukan oleh Rizal Ramli tersebut dinilai sebagai  bukti keberpihakan kepada rakyat, terutama rakyat di kalangan bawah. Juga sekaligus menunjukkan, bahwa kegaduhan seperti itu merupakan upaya penegakkan konstitusi dengan benar. Sebab, bukankah memang konstitusi (sebagai pembatas kekuasaan penguasa) menghendaki agar kepentingan rakyat dapat diletakkan di atas daripada kepentingan kelompok tertentu?

Atas semua itulah, tak lama berselang dicopotnya Rizal Ramli dari jabatannya selaku Menko Kemaritiman, berbagai lapisan masyarat pun merasa terpanggil untuk “gantian” membela Rizal Ramli, sosok yang rela mempertaruhkan jabatannya demi membela kepentingan rakyat.

Mereka yang merasa terpanggil dan telah menyatakan dukungannya tersebut, di antaranya adalah JNIB: Jaringan Nasional Indonesia Baru (salah satu komunitas relawan Jokowi); Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI); Komunitas Gerakan Jakarta Memanggil Rizal Ramli; Komunitas Jakarta Tanpa Tangis; serta tak sedikit kelompok-kelompok warga yang langsung mendatangi kediaman Rizal Ramli.

Mereka dari berbagai kalangan dan lapisan tersebut dengan sukarela menyatakan mendukung sepenuhnya Rizal Ramli untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 mendatang.

Mereka bahkan meminta agar Rizal Ramli tak usah malu jika dikatakan turun level atau turun kelas dari menko ke gubernur. Sebab, Rizal Ramli dicopot bukan karena korupsi atau melakukan tindakan penyelewengan, melainkan dicopot karena membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat yang tertindas. Terlebih Jakarta sebagai ibukota negara tentu sangat patut “digawangi” oleh sosok seperti Rizal Ramli agar tak mudah “dijebol” oleh pihak-pihak luar yang hanya ingin mencari keuntungan kelompoknya saja.

Selanjutnya, Rizal Ramli tentu saja juga diminta agar dalam menuju Pilkada DKI tak perlu menghiraukan apabila disebut “barisan sakit hati” lantaran dicopot.

Sebab, Megawati Sukarnoputri juga pernah “didongkel” oleh rezim Orde Baru. Yakni, dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, meski Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI, namun pemerintahan Soeharto yang tidak puas dengan terpilihnya Megawati sebagai Ketua Umum PDI berhasil “mendongkel” Megawati dalam Kongres PDI di Medan dengan memilih Soerjadi, sebagai Ketua Umum PDI, tahun 1996.

Dan karena ibu Mega adalah wanita “baja”, maka ia tetap maju dan membentuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk membuktikan bahwa dirinya bukan sakit hati, tetapi lebih kepada sebuah perjuangan dan cita-citanya untuk ikut serta berpartisippasi memajukan negeri ini dalam bidang politik.

Di tubuh Golkar bahkan lebih “gila” lagi. Artinya, jika memang ingin mencari “barisan sakit hati”, maka kiranya di Golkar itulah tempatnya.

Tengok saja sudah berapa banyak kader Golkar yang harus hengkang dari tempat berlindungnya di bawah “Pohon Beringin” (yang selama ini “menghidupinya”)? Ada dinilai karena memang kader tersebut “kutu loncat”, dan juga ada dinilai hanya “sakit hati” lantaran tidak mendapat posisi sesuai yang dikehendakinya, lalu mereka pun berbondong-bondong membentuk partai baru?

Bahkan JK yang pernah dipecat oleh Presiden Gus Dur lantaran diketahui melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) adalah mungkin juga termasuk orang yang sempat merasakan “sakit hati”. Dan lihat saja sekarang, toh, JK tak merasa “malu” sedikit pun apalagi ingin menyerah untuk tetap maju dan bertahan. Apalagi orang seperti Rizal Ramli yang jelas-jelas dicopot bukan karena korupsi, mengapa harus malu?

Maju dan bersemangatlah seperti semangat yang pernah diperlihatkan oleh Ibu Megawati Sukarnoputri ketika merasa dizolimi oleh penguasa Orde Baru!!! Juga dengan gelora Prabowo yang tetap berkobar hingga saat  ini meski juga pernah merasa tersakiti oleh “koleganya” di Pilpres 2009!!! Selamat Berjuang!!!
Dan Salam Pergerakan Perubahan!!!