Monday, 15 December 2014

Jokowi-JK Pasangan Presiden “Amatiran”, Pembohong “Profesional”? Ingatlah Tuhan!


CIRI orang yang munafik ada tiga, yakni: 1. Apabila berbicara, ia bohong; 2. Apabila berjanji, ia mengingkarinya; dan 3. Apabila diberi kepercayaan, ia berbuat khianat atau tidak amanah” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.)

------------------ 


KETIGA ciri orang munafik yang disebutkan dalam hadits tersebut sepertinya sangat mendekati pada diri Jokowi, juga Jusuf Kalla (JK).

Kedua orang ini yang “katanya” sebagai pasangan presiden pilihan rakyat itu, akhir-akhir ini justru dinilai makin pintar berbohong, dan makin pandai ingkar janji, sehingga makin sulit dipercaya. Dan apabila kebiasaan buruk tersebut terus dilakukan oleh kedua pemimpin ini, maka KIH bisa dipastikan berubah nama menjadi “Koalisi Indonesia Hancur”.
Para pendukung dan “penjilat” pasangan Jokowi-JK pastilah tidak akan senang dengan artikel seperti ini. Namun, maaf, senang atau tidak senang itu “bukan urusan saya”. Urusan saya adalah mengingatkan dan menunjukkan kebenaran, bukan kesalahan yang berusaha untuk dibenarkan.

Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad menyebutkan, Nabi Muhammad SAW pernah menegaskan agar tidak segan-segan mengatakan sesuatu yang benar walau sesuatu itu pahit. Dan mohon maaf jika tulisan ini terasa pahit bagi diri tuan Presiden Jokowi dan buat tuan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sebab, sekali lagi, saya hanya mengingatkan agar tolong jangan membiasakan rakyat terus-terus dibohongi dan dibodoh-bodohi dengan bersilat-lidah.

Sangat jelas-jelas harga bensin dan solar sudah dibacakan dan diumumkan sendiri kenaikannya sebesar Rp.2.000, Jokowi malah seenak mengatakan: ““Saya itu tidak pernah menaikkan harga BBM. Saya mengalihkan subsidi. Itu jelas sekali beda, jadi mahasiswa itu salah sasaran demo saya karena menaikkan harga BBM.” Pembohongan dan pembodohan macam apa ini? Orang Makassar bilang: Jokowi ini “patua-tuai”, artinya sebuah sikap berupa tindakan maupun lisan (secara halus ataupun kasar) yang dilakukan untuk menambah orang jadi sakit hati, misalnya mengolok-olok, yang biasanya dilakukan anak kecil dengan menjulurkan lidah sambil melontarkan kata-kata ejekan.

Sepertinya, kebohongan yang dilakukan Jokowi sudah tak bisa dihitung jari (silakan di-search di google). Saat masih Gubernur DKI Jakarta, ia mengaku hanya ingin fokus mengurus Jakarta. “Ah, saya mau ngurus banjir, saya mau ngurus macet, saya mau ngurus kampung kumuh, saya enggak mau berpikiran sedikit pun pada masalah itu (capres),” kata Jokowi di kantor BPK DKI, Jakarta, Kamis (13/12/2012), dilansir kompas.com.

Ketika itu Jokowi mengatakan, tugas sebagai orang nomor satu di Jakarta sudah cukup berat, apalagi harus mengurus masyarakat satu negara.

Ia mengatakan akan memikirkan cara mengurus dan menata masyarakat Jakarta agar lebih baik dan ingin menjalankan tugas sesuai program yang telah dijanjikan. “Saya mau konsentrasi bekerja untuk DKI,” kata Jokowi ketika itu.

Seiring dengan waktu, ucapan dan janji yang telah dilontarkan Jokowi itu hilang dan menguap entah ke mana. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zukarnain pun menilai, Jokowi telah membohongi warga DKI Jakarta dengan mencalonkan diri jadi presiden. Pasalnya, ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi telah berjanji untuk membereskan Jakarta.

“Dalam Al-Quran, jelas sekali ancaman terhadap orang-orang yang berbohong dan pemimpin yang membohongi rakyatnya,” kata Tengku Zukarnain seraya menambahkan bahwa Jokowi belum mampu membereskan Jakarta dan mewujudkan Jakarta baru sebagaimana janji politiknya dahulu. Banjir masih melanda ibukota Jakarta di mana-mana dan rakyat Jakarta menderita karenanya.

Kemudian di saat sebagai Capres, Jokowi berhasil “mengubah wajahnya” bagai dewa blusukan dengan gigihnya mengusung jargon-jargon kerakyatan, menawarkan dan “menjual” ajaran Trisakti untuk ditegakkan apabila dirinya kelak jadi presiden.

Namun di mata Rachmawati Soekarnoputri, semua “bujukan dan jualan” Jokowi saat kampanye itu semuanya adalah kebohongan.

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem itu bahkan mengaku tidak aneh atas kebijakan kenaikan harga BBM di pemerintahannya Jokowi-JK. Menurutnya, hal itu tidak sesuai pemikiran presiden pertama sekaligus ayahnya, Soekarno.

“Saya nggak heran. UUD liberal itu akan melahirkan free market oriented. Jadi kerugian negara itu harus ditutup dengan, artinya rakyat yang membayar. Jadi sosialisme Indonesia yang diinginkan Soekarno jauh dari pemerintahan akan datang (pemerintahan Jokowi-JK),” kata Rachmawati di Aula Universitas Bung Karno, Jakarta, Rabu (3/9).

Terkait pidato Jokowi yang ingin membangkitkan pemikiran Trisakti milik Soekarno, Rachmawati mengatakan itu omong kosong. Ia juga menyebut ide Revolusi Mental milik Jokowi itu tidak jelas.

“Kemarin saya dengar pidato Jokowi. Mengatakan Trisakti. Omong kosong. Tidak akan mungkin Trisakti Bung Karno berjalan atas landasan UU yang liberal. Tabrakan! Tak akan bisa dilaksanakan. Tidak jelas. Revolusi mental itu tidak jelas.”

Justru di mata banyak kalangan memandang, orang yang banyak melakukan pembodohan dan pembohongan itu adalah kiranya paling layak disebut cacat mental. Dan orang yang cacat mental biasanya sangat mudah diperintah oleh “majikannya”.

“Saya pesan ke Pak Jokowi, sampeyan ta’ jadikan capres. Tapi jangan lupa ingat capresnya saja, Anda adalah petugas partai yang harus melaksanakan apa yang ditugaskan partai,” ucap Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya saat deklarasi koalisi PDIP, Partai Nasdem, dan PKB di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (14/5).

Ucapan Megawati ini pun mendapat tanggapan dari banyak pihak, salah satunya dari anggota DPR fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Taslim Chaniago. Ia menilai, justru pernyataan Mega itu menunjukkan kalau Jokowi merupakan presiden boneka Megawati.

“Kalau terpilih sebagai presiden Jokowi hanya jadi boneka Megawati dan PDIP saja. Itu artinya apa pun kebijakan Jokowi harus sesuai perintah Megawati. Jokowi tidak punya kewenangan saat memimpin negeri,” jelas Taslim, Rabu (14/5).

Tanda-tanda Jokowi sebagai presiden boneka sepertinya semakin hari juga kian nampak. Hari ini ia mengatakan sesuatu, besoknya ia bisa dengan mudah bohongi. Hari ini ia berjanji, esoknya ia bisa dengan gampang ingkari. Seakan memang ia sedang dibawah kendali dan disetir oleh pihak-pihak tertentu. Sehingga tak keliru jika dikatakan bahwa Jokowi-JK saat ini sepertinya hanya bagai pasangan Presiden “amatir-amatiran” alias bukan sesuatu yang sesungguhnya (tidak asli, hanya main-mainan atau cuma presiden-presidenan).

Ketika masa kampanye, berbagai ucapan dan  janji-janji manis dilontarkan Jokowi. Misalnya, dilansir liputan6.com, para tukang ojek yang tergabung dalam Ikatan Persaudaraan Ojek Indonesia (IPO) mendeklarasikan dukungan terhadap Capres-Cawapres Jokowi-JK. Deklarasi digelar di Posko pemenangan Jokowi Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Selatan.

Para relawan dari IPO itu meminta Jokowi agar mempertahankan kebijakan subsidi BBM dan melindungi profesi tukang ojek di seluruh Indonesia. “Kami harap Pak Jokowi tidak mencabut subsidi BBM bila terpilih nanti,” ucap Halik Rumkel, salah satu perwakilan tukang ojek, Senin (15/6/2014).

Menanggapi permintaan tukang ojek terkait subsidi BBM itu, Jokowi mengaku pihaknya sepakat dan akan mempertimbangkan permintaan para tukang ojek tersebut. Menurutnya, kebijakan subsidi BBM akan tetap dipertahankan karena rakyat berhak mendapatkan subsidi.

“Disampaikan keinginan subsidi BBM saya kira tidak ada masalah karena subsidi bagi rakyat kecil sebuah keharusan. Kewajiban negara memberikan dukungan,” kata Jokowi ketika itu.

Sementara itu JK juga pernah menegaskan tentang koalisi tanpa syarat. “Di koalisi kami tidak ada janji-janji beri delapan kursi menteri pada partai peserta koalisi. Kami juga tidak pernah janji ada jabatan di atas menteri,” ujar JK dalam acara Debat Kandidat pasangan Capres, di Balai Kartini-Jakarta, Senin (9/6) malam.

Namun setelah terpilih, JK malah seakan terlihat Kacau Ingatan Hilang (KIH) tentang koalisi tanpa syarat tersebut. Ia menjelaskan mengenai 16  kursi menteri untuk parpol itu ternyata adalah sebagai syarat. “Ini syarat koalisi, tidak bisa semua murni profesional, Itu realitas politik kita,” kata JK, di kediamannya, di Jalan Brawijaya nomor 6, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (16/9/2014).

Mantan wakil presiden pada periode 2004-2009 tersebut juga mengatakan, koalisi mereka adalah koalisi ramping. Karena ramping itulah, JK mengatakan dirinya dan Jokowi tidak akan terbebani apabila nanti berhasil memimpin pemerintahan. Apalagi, mereka juga tidak pernah menjanjikan syarat apa pun pada partai peserta koalisi.

“Hanya keikhlasan yang mendasari kita semua,” kata Ketua Dewan Masjid Indonesia tersebut.

Keikhlasan model seperti apa yang dimaksud oleh pemerintah, ketika diketahui bahwa dampak lain dari kenaikkan harga BBM, elpiji dan lain sebagainya itu adalah diduga kuat justru hanya menguntungkan usaha dan bisnis JK?

Juga tipe keikhlasan seperti apa yang dimaksud ketika diketahui sebagian besar anggaran seluruh subsidi itu dialihkan untuk mengerjakan infrastruktur seperti membangun pembangkit listrik, jalan trans tol dan lain sebagainya adalah dikerjakan nantinya oleh perusahaan di lingkaran bisnis JK? Sungguh ini sama halnya dengan pemerintah (JK) asyik menari-nari di atas penderitaan rakyat yang kini menanggung beban hidup yang sangat berat.

Kalau memang pemerintah mengaku hanya keikhlasan yang mendasari semua itu, maka seharusnya pemerintah ikhlas bekerja tanpa pakai “main paksa” dengan menaikkan harga BBM atau mencabut seluruh subsidi lainnya.

Berapa tahun proyek-proyek itu bisa benar-benar rampung? Dan berapa puluh tahun ke depan orang-orang miskin bisa menjadi sejahtera dengan memanfaatkan infrastruktur itu?

Pemerintah harusnya bisa mendahulukan kepentingan bangsa dengan segera bergegas menolong orang-orang yang masih berada di garis kemiskinan dengan langsung memberikan sentuhan riil, terarah dan tepat. Sebab orang miskin itu ibarat orang yang tubuhnya sedang terombang-ambing di permukaan laut yang nyaris tenggelam. Di saat kondisi seperti itu, pemerintah sangat tega dan keliru jika menyuruh orang yang hampir tenggelam itu untuk bersabar karena kapal penyelamatnya (infrastruktur) masih harus dibuat/diproduksi dulu. Kalau begitu caranya, orang miskin keburu “mampus tenggelam”.

“Mengapa yang dihajar rakyat kelompok menengah dan bawah. Beras untuk rakyat miskin (raskin) sudah dihapuskan, harga BBM sudah dinaikkan, harga tiket kereta api juga (listrik) mau dinaikkan seperti harga elpiji 3 kilogram. Sementara Pertamax dan Pertamax Plus yang sepenuhnya untuk rakyat kelas atas tidak dinaikkan,” ujar aktivis gerakan perubahan pro-rakyat, Rizal Ramli.

Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini pun geleng-geleng kepala dan mempertanyakan ke mana konsep perubahan yang dijanjikan oleh pasangan Jokowi-JK ini di saat kampanye?

“Mas Jokowi, apa ini yang dimaksud dengan perubahan? Kok tega amat?” lontar Rizal Ramli, yang juga pernah menjabat selaku Menteri Keuangan dan sukses menurunkan utang luar negeri di era Presiden Gus Dur.

Rizal Ramli pun menyebut Jokowi-JK raja (nya) tega yang PHP (Pemberi Harapan Palsu), alias bohong. “Wahai penguasa oplosan, janjimu palsu,” tandasnya.

Dalam akun twitternya, Rizal Ramli bahkan menyindir Jokowi-JK: “Menyakitkan jika hanya penampilan merakyat, tetapi kebijakan tidak berpihak pada majoritas rakyat..”

Sepertinya, kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jokowi-JK ini sudah berada pada tingkat “profesional”, yakni berbohong demi mendapatkan keuntungan dan memuaskan kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

“Pemimpin jika hanya dikelilingi pedagang,, apalagi KKN pula, kebijakannya hanya pro-bisnis dan bond holders,, lupa dgn rakyat yg memilihnya,” tulis Rizal Ramli dalam akun twitternya.

Tetapi nampaknya, Jokowi-JK yang sepertinya amat doyan berbohong itu tidak hanya lupa dengan rakyat yang memilihnya, tetapi rasa-rasanya juga lupa dengan Tuhannya.

Sebagai sesama orang Islam, tak ada salahnya jika saling mengingatkan dan memperlihatkan beberapa “peringatan” dalam al-Quran tentang bahaya munafik (bohong, ingkar janji, dan tak amanah) berikut ayat-ayatnya:


“Kabarkan kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih” (QS.4:138) ------



“....Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam” (Q.S.4:140) ------



“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.....” (QS.4:142) ------



“Sesungguhnya orang-orang munafik itu pada tingkatan paling bawah dari neraka...” (Q.S.4:145) ------



“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Dan cukuplan neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal” (Q.S: 9:68) ------



“Hai Nabi, berjihadlah orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu tempat kembali yang seburuk-buruknya” (Q.S:9:73) ------



“Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik.” (Q.S. 33:1) ------



“......Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (Q.S. 40 : 28). ------



Dan firman Allah : “.....Kemudian marilah kita bermubahalah (bersumpah) kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS. 3 : 61).



“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. 16:105) ------



“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘ini halal dan ini haram’, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”. (QS. 16: 116) ------



“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. 2: 10) ------



“...Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (QS.39:2)



“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa”. (Q.S. 45:7)



“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” (Q.S. 51:10)