(AMS, opini)
SEBAGIAN besar rakyat di seluruh tanah air saat ini diliputi tanda tanya besar seputar masalah Nazaruddin. Bagaimana tidak, sejak mencuatnya kasus mantan Bendahara Umum Partai Demokrat (PD)itu, sejumlah misteri pun muncul. Di antaranya, tentang surat pengunduran diri Nazaruddin, juga kepergiannya ke Singapura yang lebih cepat sehari dari surat pencekalannya. Lalu setelah banyak pihak menyoroti kepergian Nazaruddin yang terkesan mendadak itu pun mendapat pembelaan yang hebat dari rekan-rekannya bahwa Nazaruddin ke Singapura adalah untuk berobat.
Anehnya, di belakangan, surat pengunduran diri Nazaruddin malah tidak diketahui dari mana rimbanya, termasuk keberadaan Nazaruddin sendiri yang sudah dikatakan tak berada di Singapura, tetapi telah berada di Argentina.
Parahnya, Anas Urbaningrum yang juga kemarin ikut membela kepergian Nazaruddin ke Singapura untuk berobat itu justru balik diserang oleh Nazaruddin secara membabi-buta dengan serentetan tudingan, yang menyebutkan bahwa Anas-lah sebagai otak dari semua masalah ini dan tak tanggung-tanggung mengungkapkan kekayaan Anas saat ini adalah hasil korupsi.
Berikutnya, ada misteri yang mungkin sempat membuat kalangan media seakan merasa kupro (kurang profesional), yakni ketika Nazaruddin yang hanya “berhasil” diwawancarai secara face to face via skype oleh seorang jurnalis citizen independen, yaitu Iwan Piliang, yang ternyata Iwan ini adalah juga bisa disebut masih “orang dalam” di Partai Demokrat sebagai mantan Pemimpin Redaksi Majalah internal di partai segitiga berlian itu.
Namun wawancara live via skype yang sempat ditayangkan di MetroTV itu pun dinilai ada keganjalan oleh pakar telematika UIN Abimanyu ‘Abah’ Wachjoewidaja. Abah mengaku telah menganalisis video wawancara tersebut. Hasilnya, ada beberapa kejanggalan yang ditemukan. Terutama tentang kepastian lokasi Nazaruddin.
Kepada detikcom, Abah menjelaskan sejumlah keganjalan atas video wawancara tersebut, misalnya, kameraman di tempat Iwan sengaja memutar kamera ke sekeliling meja dan melewati jendela gelap yang menandakan di tempat Iwan berada pada malam hari. Sementara di sisi belakang Nazaruddin terdapat cahaya terang. Jika diperhatikan dengan benar, katanya, ada sejumlah kejanggalan dengan cahaya itu. “Jelas terlihat bahwa bias cahaya begitu lebar, itu menandakan sumber cahaya begitu dekat dengan lubang jendela,” katanya.
Bisa jadi, lanjut Abah, itu lampu kamar WC yang memang biasanya terang atau Nazaruddin ingin memberi kesan bahwa memang dia berada di tempat dengan waktu yang berbeda dengan Indonesia.
Abah bahkan menilai kualitas komunikasi internet yang dilakukan Nazar memiliki jaringan yang bagus. Hal ini hanya bisa terjadi dengan komunikasi data dengan bandwidth lebar. “Apakah misal dia benar di Argentina. Apakah kecepatan koneksi di negara tersebut sudah sedemikian bagus? Kita Skype dengan Amerika dan Eropa yang sudah maju saja kadang mendapat gambar yang tersendat-sendat parah,” ujarnya.
Terlepas dari semua itu, yang pasti PD saat ini masih PD (percaya diri) meski sedang berhadapan dengan masalah besar yang ending-nya belum ada satupun pihak mengetahuinya.
Dan karena seluruh masyarakat saat ini menunggu Presiden SBY untuk kembali konsentrasi menjalankan roda pembangunan, maka semua pihak pun berharap agar kemelut di PD ini bisa berakhir tanpa ada dusta di antara kita. Namun jika di belakangan ternyata ada dusta dari setiap masalah yang ada saat ini, maka negara ini memang layak menjadi surga bagi para pendusta.