(AMS, opini)
APA jadinya jika tak sedikit orang yang telah mengetahui bahwa calon pasangan yang begitu romantis dan telah mengibarkan panji untuk mengarungi hidup bersama. Pun telah berjalan ke mana-mana, bergandengan tangan, bercanda-riang, dan bersahut rasa tuk saling menjaga. Tiba-tiba batal menjadi pasangan ideal?
Kiasan kalimat di atas setidaknya menjadi cerminan “nasib” yang dialami oleh Iwan Bokings setelah ternyata ditolak untuk berpasangan dengan calon Gubernur Gorontalo dari Partai Golkar, Rusli Habibie dalam rangkaian Pemilihan Gubernur (Pilgub) Gorontalo yang akan diselenggarakan pada Nopember 2011 mendatang.
Padahal, hampir seluruh Gorontalo tahu kalau Rusli Habibie akan berpasangan dengan Iwan Bokings sebagai calon wakil gubernur pada Pilgub tersebut dengan jargonnya: NKRI (Nyata Karya Rusli Iwan). Bagaimana tidak, baliho dan atribut-atribut lainnya seperti stiker telah terpajang dan tersebar mulai dari kota hingga ke dusun-dusun.
Namun begitulah, jodoh memang sulit ditebak, nasib tak bisa dipaksakan, dan untung tak bisa dipastikan, Iwan pun tersingkir setelah DPP Partai Golkar lebih memilih Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo, Idris Rahim.
Iwan Boking adalah salah seorang tokoh politik di Gorontalo yang telah dua periode menduduki tahtanya sebagai Bupati Boalemo.
Pada periode pertama, Iwan menjadi bupati melalui Golkar. Tetapi menjelang akhir jabatannya pada periode pertama, ia lalu bermaksud melanjutkan jabatannya sebagai bupati di Pohuwato (tetangga Boalemo) yang kebetulan saat itu akan mengadakan pemilihan bupati definitif pertama. Sayangnya, Iwan sempat mengalami kekalahan dalam konvensi yang dilakukan Golkar. Padahal ketika itu Iwan adalah Ketua DPD II Golkar Pohuwato.
Kiranya, kekalahan inilah yang membuat Iwan merasa kecewa berat terhadap Golkar, partai yang membuatnya berhasil menjadi bupati pertama kalinya itu. Hingga mendekati jabatannya berakhir, Iwan yang memang sudah kecewa kepada Golkar pun “loncat pagar” untuk kembali maju sebagai calon bupati yang kedua kalinya melalui Partai Demokrat, dan berhasillah ia menjadi bupati untuk kedua kalinya. Sekaligus sejak itu, Iwan menjadi Ketua Partai Demokrat Prov. Gorontalo.
Kini, ketika Pilgub Gorontalo akan bersamaan dilakukan dengan Pilbup Boalemo, Iwan pun buru-buru kembali mendekati Golkar agar dapat berkoalisi dengan Partai Demokrat pada Pilgub mendatang. Sayangnya, Iwan kini pada sisi kiri-kanan nampaknya sudah putus langkah. Setelah Golkar tidak memilihnya sebagai calon wakil Gubernur Gorontalo, kini giliran Demokrat yang tidak lagi menunjuknya sebagai Ketua Partai Demokrat Prov. Gorontalo pada Musda, baru-baru ini.
Menyadari dirinya telah ditolak, Iwan pun curhat-curhatan di Facebook dengan para Facebooker, Sabtu (18/6). Iwan menulis statusnya: “Lebih aman mundur asal lepas intimidasi fulus/politik”. Karena Iwan sangat jarang main facebook, maka status ini pun langsung dikeroyok oleh para facebooker. Ada beberapa balasan dari Iwan atas tanggapan-tanggapan yang ada, seperti: “Sy bkn sekali ini mengalaminx.1.wkt pilwako thn 1998 sy diminta jgn maju 2.konvensi golkr dlm rgka pemlhan bpt phwto sy kalah pdhl sy ketua gkr 3.sy berhsll mdptkn kursi u p dmkrt pd pileg 2009 ,pdhl 2004 0,74% akhrnx sy diganti jd ketua dmkr 4. Dicoret dr NKRI.”
Meski usianya telah mendekati 60 tahun, dan kendati statusnya di FB untuk segera melepaskan diri dari intimidasi fulus/politik sudah ia tulis, tapi nampaknya Iwan enggan “melipat kursinya”, karakter dan ambisi politiknya nampaknya masih berminat untuk terus ia bangun. “Tanpa hrs jd cln.Emgnx mengabdi kpd rkyt hrs ada jbtn ?sy fokus dlu dipilkada boalemo dg mdkg (mendukung, red) gi di gub d nandar (adik kandung Iwan, red) dibpti (di bupati, red) boalemo. Mo uji kemampuan dlu. H h h,” demikian Iwan menanggapi facebooker.