(AMS, Artikel)
SOSOK Ahok kini makin gencar ditolak oleh warga dari
berbagai penjuru kalangan, bukan hanya warga dari berbagai lapisan dan elemen
masyarakat lainnya, namun sebagian besar elit-elit parpol (di luar parpol
pendukungnya) juga dengan sangat tegas menyatakan menolak dan mengajak warga
untuk tidak memilih Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Penolakan warga terhadap Ahok sebetulnya sudah
berlangsung beberapa bulan terakhir ini. Ada yang menyiapkan batu untuk
mengusir Ahok bila berani berkunjung di daerah mereka. Ada juga yang
terang-terangan membentangkan spanduk
penolakan terhadap Ahok beserta komunitas “teman Ahok”.
Parahnya, bukannya mencoba mengambil hati para warga
tersebut, Ahok malah makin memperlihatkan keangkuhan dan arogansinya, sehingga
warga pun makin bertambah gencar menolak gubernur “estafet” DKI tersebut.
Sehingganya, pada Jumat (10 Juni 2016) RT/RW
se-Jakarta pun kemudian membentuk Forum RT/RW. Forum ini mendeklarasikan Ahok
sebagai musuh warga DKI Jakarta (RT/RW) karena sangat nampak kebijakan-kebijakannya
banyak menyakiti rakyat kecil. “Kita ini satu visi, artinya menolak Ahok untuk
menjadi Gubernur DKI lagi,” ujar
Lukman Hakim selaku Sekjen Forum RT/RW.
Bukan cuma RT/RW se-Jakarta, para aktivis pergerakan
pun membentuk “Forum Kampung-Kota”. Mereka bahkan telah merilis
Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI-P
Megawati Soekarnoputri untuk tidak memberi dukungan terhadap diri Ahok pada
Pilkada DKI 2017.
Dalam surat terbuka tersebut, Forum Kampung-Kota menyampaikan
keprihatinan, kekecewaan dan bahkan kemarahan atas kinerja serta arah kebijakan
Ahok dalam mengurus Jakarta.
Menurutnya, Ahok bisa menjadi Gubernur DKI berkat
dukungan Rakyat dan partai PDIP, namun ia mengkhianati rakyat dan partai
pendukungnya. Kebijakan dan kinerjanya sebagai gubernur menghancurkan harapan
rakyat dan bertentangan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan PDIP, yaitu
DEMOKRASI dan KEADILAN.
Forum Kampung-Kota mengurai, hanya dalam waktu setahun
(2015), terjadi 113 kasus penggusuran paksa dan penuh kekerasan oleh Gubernur
Ahok dengan 65 kali melibatkan TNI (padahal bertentangan dengan UU TNI). Dari
penggusuran tersebut, terdapat 67% di antaranya dibiarkan tanpa solusi, dengan
jumlah korban sebanyak 8.145 KK dan 6.283 unit usaha yang terdampak.
Dikatakannya, penggusuran tersebut membuat kualitas
hidup rakyat jadi tambah memburuk. Mereka tak hanya kehilangan tempat tinggal,
tetapi juga tempat usaha dan pekerjaan. Bahkan korban gusuran yang direlokasi
di rumah susun pun mengalami proses pemiskinan.
Forum Kampung-Kota menyebutkan, dengan penuh arogansi,
Gubernur Ahok menyatakan bahwa di tahun 2016 ia akan menggusur warga di 325
kampung dan jelang Pilkada akan lebih gencar lagi melakukan penggusuran. Dan
jika ada yang berani melawan setiap kebijakannya melalui demo, Ahok justru
mengusulkan agar mengisi water-canon dengan bensin untuk membuat jera para
demonstran. Sungguh terlalu!
Dikatakannya, Ahok adalah penguasa fasis yang hanya mampu
menghina dan menganiaya rakyat dengan penuh kebanggaan, seolah suara rakyat tak
ada artinya bagi kekuasaannya. “Bukannya menyatukan kekuatan yg ada untuk
bekerjasama membangun Jakarta, Ahok justru menciptakan konflik dan perpecahan
di sana-sini, termasuk menggunakan isu SARA untuk mendapatkan simpati publik,”
tulis Forum Kampung-Kota.
Selain dari warga beserta tokoh-tokoh masyarakat dan
para aktivis lainnya tersebut, penolakan terhadap Ahok juga datang dari
sejumlah elit-elit parpol.
Mantan Anggota DPR-RI dari PPP, Ahmad Yani mengungkapkan,
bahwa masyarakat Jakarta ini sebetulnya suka dengan sosok pemimpin tegas.
Namun, masyarakat Jakarta masih belum bisa membedakan, mana tegas dan mana
kasar serta zalim. “Sedang pemikiran masyarakat agak terpecah tentang tegas dan
kasar. Nah, Ahok itu tidak bisa dikualifikasikan tegas, tapi kasar,” ujar
Ahmad Yani.
Yani dan Ahok sebelumnya sama-sama pernah duduk di
Komisi III DPR-RI pada periode 2009-2014. ”Saya dua tahun bareng Ahok di
DPR, saya tahu betul bagaimana dia. Dia ini tidak jujur-jujur amat, tidak
bagus-bagus amat, tidak ada kelebihannya,” ungkap
Yani kepada TeropongSenayan, Jakarta, Senin (25/4/2016).
Yani pun menyinggung masalah reklamasi Jakarta. “Ahok
ini koruptor sejati. Memangnya gratis memberikan izin reklamasi? Mungkin
betul dia tidak main APBD, tetapi dia merampok lewat pengembang-pengembang
itu,"” lontar Yani.
Jadi, kenapa Ahok ngotot rekamasi? Jawabnya, menurut
Yani, adalah karena Ahok sudah dapat setoran yang angkanya sangat fantastis. “Kalau
proyek reklamasi ini dihentikan atau gagal, Ahok akan digorok rame-rame oleh
para taipan,” ujar Yani.
Ahmad Yani pun meminta agar masyarakat DKI Jakarta dapat
sebisa mungkin mendesak partai-partai politik untuk mencalonkan Cagub DKI
Jakarta dari kalangan muslim. Dan mendesak agar Ahok segera dijadikan tersangka
oleh KPK.
Hasto Kristiyanto selaku Sekjen PDI-P juga pernah
memberi peringatan keras kepada Ahok yang kerap berbicara plin-plan, kasar dan
berbau provokator. Sehingga Hasto meminta Ahok agar dapat disiplin berbicara
dan jangan jadi pemimpin pemecah belah.
“Sebaiknya berpolitik itu kita melihat subtansi,
berpolitik itu menyatukan. Kami berharap Pak Ahok berdisiplin berbicara,” kata
Hasto di DPP PDI-P, Jakarta, Jumat (19 Agustus 2016).
Menurut Hasto, Ahok sebagai pemimpin harus berbicara
dengan konteks kepentingan umum. Bukan untuk mementingkan kepentingan pribadi. “Beliau
itu (Ahok) pemimpin, jangan bicara aku, tapi Indonesia kita. Jangan jadi
pemimpin yang memecah belah,” lontarnya.
Terkait penolakan rakyat terhadap Ahok, juga
dinyatakan oleh Plt. Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta, Bambang D.H. Ia
mengatakatan akan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang menginginkan calon
gubernur asal bukan Ahok.
Aspirasi itu muncul dan “direkam” oleh 28 anggota
Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta ketika masa reses beberapa waktu. Bambang menyebutkan, seluruh anggota fraksi PDI-P
tersebut melaporkan bahwa pemilih mereka tidak menginginkan Ahok menjadi
gubernur lagi.
Dan jika aspirasi serta suara pemilih itu diabaikan
dengan nantinya PDI-P ikut mendukung Ahok, maka Bambang D.H dan para kader
lainnya siap dipecat atau mengundurkan diri dari PDI-P.
Bahkan dikabarkan, apabila PDI-P pada akhirnya terbius
juga mendukung Ahok, maka para kader PDI-P tak sedikit akan melakukan aksi
bakar Kartu Tanda Anggota (KTA) secara massal.
Rencana aksi bakar KTA tersebut muncul, mengingat
sejauh ini menurut informasi, sejumlah kader PDI-P telah menjadi “kaki-tangan”
Ahok. Mereka saat ini terus berusaha membujuk Megawati Soekarnoputri agar ikut
mendukung Ahok.
Pernyataan keras tentang kelicikan dan kebusukan Ahok
juga diungkap oleh Ketua DPP PDI-P, Andreas H. Pareira yang menilai, bahwa semakin
jelas kelihatan sosok Ahok yang sebenarnya dalam mencapai dan memburu
kekuasaan.
Andreas menyebut Ahok adalah “kutu loncat” dari parpol
satu ke parpol lainnya. Terakhir, katanya, belum sempat bereksperimen dengan
jalur independen, Ahok sudah loncat lagi mencari dukungan dari parpol.
“Sekarang, konon dukungan dari tiga parpol, Ahok coba mendekati PDIP yang sebenarnya setia
mendukungnya selama 2012 sampai saat ini. Pola yang dipakai Ahok, mengadu
domba, memecah belah antara kader dengan kader,” ujar
Andreas.
Dengan track-record loyalitasnya yang buruk, political
tricky-nya yang sangat licin, Andreas pun yakin, bahwa bukan hanya PDI-P yang
perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok. “Namun, parpol-parpol yang sudah
mendukung pun, perlu berpikir lagi untuk dukungannya kepada Ahok. Kalau tidak
hendak menjadi korban pragmatisme Ahok,” pungkas Andreas.
Sementara itu, selain ulama-ulama
PKB, elit-elit Partai Amanat Nasional (PAN) juga dengan tegas menyatakan
penolakannya terhadap Ahok agar tidak dipilih pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
“Terkait dengan Pilkada DKI Jakarta, tekad BM-PAN
sudah bulat akan memilih pemimpin alternatif. BM-PAN tidak akan memilih Ahok,”
ujar Yandri Susanto dalam pidatonya pada Kongres ke-V Barisan Muda Penegak
Amanat Nasional (BM-PAM), di Royal Hotel, Kuningan, Jakarta, Sabtu (20/8/2016).
Kongres akan berlangsung hingga Senin (22/8/2016).
Tampaknya, anggota Komisi II DPR-RI itu seolah
menegaskan bahwa BM-PAN tidak sepaham dengan karakter dan gaya kepemimpinan
Ahok selama ini. Olehnya itu, BM-PAN menegaskan hanya akan memilih calon
Gubernur DKI Jakarta selain Ahok.
“BM PAN hanya akan memilih pemimpin yang santun, tidak
ugal-ugalan, tidak dzalim dan tidak menggusur rakyat,” lontar Yandri.
Sementara itu, dalam pengarahannya kepada seluruh
kader BM-PAN, Ketua
Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Amien Rais, terang-terangan menyerukan
agar tidak memilih Ahok pada Pilgub DKI Jakarta 2017.
Bahkan, Amiien Rais menegaskan, bahwa sekalipun Ahok
menjadi seorang muslim, Amien tetap bulat menolak Ahok. “Kita tidak memilih
Ahok bukan karena agamanya, bukan karena rasnya. Ahok itu tidak boleh lagi jadi
Gubernur karena dia itu beringas, dia bengis, dan hampir menyerupai bandit,” lontar
Amien, di Jakarta, Sabtu (20 Agustus 2016).
Tidak cuma itu, Amien juga menyebut bahwa Ahok adalah
bagian dari kepentingan global. “Jangan lupa dia (Ahok) adalah antek global.
Bukan karena agama, bukan karena ras, tapi karena ini Gubernur sudah kelewatan,”
tegas Amien lagi.
Senada dengan itu, Ketua Umum DPP-PAN, Zulkifli Hasan,
juga meminta PDI-P hendaknya tidak mendukung Ahok. Permintaan itu dilontarkan
Zulkifli kepada Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto.
“Pak Hasto yang saya hormati, selalu komunikasi intens
untuk kepentingan bersama, walaupun soal DKI, soal Jakarta, saya dengan Pak
Novanto (ketum Golkar) tak sama. Tapi, saya yakinkan Pak Hasto jangan
mempertaruhkan keragaman,” ujar Zulkifli seraya mengajak Hasto untuk tidak
ikut-ikutan mendukung Ahok seperti yang dilakukan Golkar setelah Setya Novanto
terpilih sebagai ketua umum.
Rizal Ramli Kian Diincar
Jika Ahok kini gencar mendapat penolakan, sosok Rizal
Ramli justru kian diincar (diaspirasikan) dan kebanjiran dukungan dari warga di
seluruh lapisan beserta para tokoh-tokoh masyarakat di semua kalangan, yakni untuk
dapat segera maju bertarung pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dukungan terhadap Rizal Ramli itu bahkan sangat
transparan dan murni dari rakyat, yakni di antaranya, kaum marhaenis nelayan,
pedagang pasar, para buruh, intelektual (akademisi), pelajar dan mahasiswa, seniman,
aktivis pergerakan, dan lain sebagainya.
Berikut adalah daftar sementara pihak yang telah
menyatakan bertekat untuk bergotong-royong mendukung Rizal Ramli:
1. Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB)
2. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
3. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI)
Jakarta
4. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta
5. Forum Kerukunan Nelayan Muara Angke
6. Korban Gusuran Taman Aquarium Pasar Ikan
7. Generasi Muda Kong Hu Cu
8. Pedagang Tanah Abang
9. 64 OKP di bawah KNPI Jakarta
10. Komunitas Jakarta Tanpa Tangis
11. Gerakan Jakarta Memanggil
12. Liga Pemuda Indonesia
13. Forum Aktvis Gerakan Mahasiswa 77/78
14. Persatuan Pemuda Minang se-Indonesia
15. Gerakan Relawan Orang (bentukan Ahmad Dhani)
16. Komunitas Tionghoa Anti Korupsi
17. Badan Musyawarah Masyarakat Betawi
18. Koalisi Perbaiki Jakarta
19. Liga Mahasiswa Nnasional untuk Demokrasi Jakarta
20. Aliansi Gerakan Selamatkan Indonesia
21. Ikatan Keluarga Perantau Turawan (IKPT) Jaya --- (update)
22. Forum RT/RW se-DKI Jakarta --- (update)
22. Forum RT/RW se-DKI Jakarta --- (update)
Para pendukung yang terdiri dari organisasi maupun
forum atau komunitas tersebut di atas, tentu saja meminta kepada partai-partai
politik yang mengaku berpihak kepada rakyat, kiranya dapat bergotong-royong mengusung
Rizal Ramli sebagai sosok yang layak memimpin Ibukota Jakarta karena memang
amat didambakan oleh rakyat, terutama rakyat kecil.
Permintaan para pendukung tersebut, tentu saja adalah merupakan
wujud untuk kembali menaruh kepercayaan kepada parpol-parpol yang selama ini
dipandang hanya mementingkan selera sendiri-sendiri.
Terlebih lagi karena Pilkada DKI Jakarta 2017 dapat
dipandang sebagai “kiblat” pertarungan politik di ajang Pemilu 2019 mendatang,
maka tentu pada Pilkada DKI 2017 ini para parpol hendaknya segera
berlomba-lomba untuk memperlihatkan kebepihakannya kepada rakyat secara nyata.
“Marilah
Saudara-saudara, hai saudara-saudara dari Djakarta, kita bangun Kota Djakarta
ini dengan cara semegah-megahnya. Megah bukan saja materiil, megah bukan saja
karena gedung-gedungnya pencakar langit, megah bukan saja ia punya
boulevard-boulevard, lorong-lorongnya yang indah, megah bukan saja ia punya
monumen-monumen indah, megah di dalam segala arti, sampai di dalam rumah-rumah
kecil daripada Marhaen di Kota Djakarta harus ada rasa kemegahan,” ujar Presiden
Soekarno dalam pidatonya pada HUT Jakarta ke-435, tahun 1962.
-----
SALAM PERGERAKAN PERUBAHAN