Friday 10 June 2011

Pilgub Gorontalo: “NKRI” Kini Lebih Condong ke Idris?

DESAS-DESUS politik jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Gorontalo, kini terasa semakin asyik diperbincangkan oleh banyak kalangan, dari kota hingga ke desa.

Ya, hampir sepanjang waktu, tak luput perbincangan di seluruh lapisan masyarakat Gorontalo pasti diliputi dengan suatu “topik” hangat. Yakni, pilgub dan siapa calon pasangan yang tepat untuk dipilih pada Nopember 2011 mendatang.


Perbincangan masyarakat tentang politik jelang pilgub Gorontalo ini makin menarik saja, ketika mengetahui dari hari ke hari juga memperlihatkan “cuaca” yang berubah-ubah.

Misalnya saja, ada nama Gusnar (incumbent) yang tadinya didukung oleh sejumlah partai, kini malah partai itu harus menarik dukungannya. Sebut saja, DPW PBB Provinsi Gorontalo kini secara resmi telah mencabut dukungannya dari Gusnar. Salah satu alasan  PBB adalah karena Gusnar sudah mulai nampak tidak lagi melibatkan PBB dalam setiap proses perjalanan politiknya sejak resmi menjadi pimpinan Partai Demokrat.

Cuaca politik lainnya yang ikut berubah-ubah adalah di kubu PAN yang sebelumnya telah memunculkan adanya 2 karakter DAMAY. Yakni Adhan Dambea-Feriyanto Mayulu (saat ini sebagai walikota dan wawako Gorontalo); dan David Bobihoe (saat ini bupati Gorontalo)-Feriyanto Mayulu. Lalu kemudian, kini satu karakter DAMAY lagi kembali dimunculkan, yaitu Dany Pomanto (pengusaha konstruksi)-Feriyanto Mayulu.

Namun sayangnya, menurut pengamatan di lapangan, perubahan apa pun yang terjadi saat ini, masyarakat cenderung lebih tertarik mengikuti perkembangan yang terjadi pada diri sosok Rusli Habibie, Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Gorontalo yang juga Bupati Gorontalo Utara itu. Pasalnya, Rusli Habibie kini dianggap sebagai tokoh sentral-politik yang berkiblat kepada kepentingan rakyat kecil melalui jargonnya: Nyata Karya Rusli-Iwan (NKRI).

Artinya, di saat yang lainnya masih sibuk berputar-putar di satu tempat mencari-cari strategi yang tepat, Rusli Habibie malah sudah lama sibuk berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya sambil menyerap dan memenuhi apa yang menjadi aspirasi rakyat, sekaligus melakukan survei langsung tentang siapa pasangan ideal yang akan mendampinginya nanti dalam pilgub 2011.

Itulah sehingga perbincangan politik di kalangan bawah pun nampak lebih banyak mengupas tentang Rusli Habibie, karena dinilai telah mampu memperlihatkan keseriusan berpihak kepada rakyat kecil. Hal ini dapat disaksikan, bahwa di saat yang lainnya masih sibuk “berkata-kata” menyusun strategi, Rusli Habibie malah sudah fokus secara nyata mempersembahkan karya-karyanya dengan setiap saat selalu berada dan hadir di tengah-tengah masyarakat, yakni menggelar hiburan, memberi motivasi dan bahkan tak tanggung-tanggung memberikan bantuan kepada rakyat miskin.

Di saat seperti itulah, dengan spontan, tak sedikit rakyat yang bertanya kepada Rusli Habibie: “Siapa pasangan Bapak dalam Pilgub nanti?” atau “Sudah netto-kah Bapak berpasangan dengan Iwan Bokings?”

Pertanyaan-pertanyaan dari rakyat itu, tak serta-merta langsung dijawab oleh Rusli Habibie. Malah, Rusli Habibie balik melempar pertanyaan itu menjadi: “Menurut kalian, siapa yang cocok mendampingi saya dalam pilgub nanti?”

Dengan begitu, jawaban pun akhirnya banyak terlontar dari rakyat dengan berbagai alasan yang mengikutinya. Dan sekaligus, jawaban-jawaban yang ada tentu saja bisa dinilai sebagai hasil survei tersendiri bagi Rusli Habibie.

Inilah gambaran yang merupakan hasil analisis atas jawaban dan alasan rakyat yang mengemuka dari pertanyaan balik yang dilempar oleh Rusli Habibie:

Bahwa, jika Rusli Habibie serius dengan jargonnya “Berkarya Nyata, bukan Berkarya Kata”, maka pasangan yang lebih cocok sebagai pendamping Rusli Habibie tentunya adalah sosok yang juga punya pengalaman dalam berkarya nyata.

Secara spesifik, Iwan Bokings diakui memang banyak mengantongi penghargaan, mulai yang standar hingga yang ekslusif. Sayangnya, ia dinilai kurang memperlihatkan karya nyata bagi masyarakat Boalemo selama ia menjabat dua periode berturut-turut sebagai Bupati Boalemo. Hal ini bisa dibandingkan dengan Kabupaten Pohuwato (hasil pemekaran Boalemo), atau bahkan Kabupaten terbungsu, Gorontalo Utara, nampak lebih maju dan berkembang pembangunannya dibanding Boalemo sendiri.

Jawaban lainnya dari rakyat adalah, bahwa Rusli Habibie lebih ideal berpasangan dengan sosok yang masih energik, lembut namun disiplin, dan bukan politisi, serta bukan juga pengusaha namun mengerti tentang birokrasi sebagai pelayan publik.

Jika memperhatikan jawaban dari rakyat tersebut, maka NKRI sebagai icon yang terlanjur dilempar oleh Rusli Habibie di tengah-tengah masyarakat, adalah boleh jadi bukan lagi Iwan Boking, tetapi akan cenderung ke sosok Idris Rahim yang kini menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo.

Bahkan ada jawaban ekstrim dari rakyat yang menyebutkan, bahwa Iwan Bokings dulu adalah kader Golkar yang tangguh, namun tiba-tiba kemarin harus “lompat pagar” ke Demokrat lantaran ingin kembali menduduki jabatannya sebagai Bupati Boalemo untuk kedua kalinya. Lalu dalam pilgub kali ini, Iwan malah seakan ingin kembali lompat pagar lagi dari Demokrat ke Golkar.

Namun meski begitu,Iwan Bokings cukup dikenal sebagai sosok senior dalam kancah politik Gorontalo, dan ia tergolong hebat karena mampu berpetualangan di dunia politik dengan menumbangkan lawan-lawan politiknya.

Di sisi lain, tidak sedikit yang menilai, bahwa Iwan Bokings sudah pada usia yang sudah memasuki senja itu sebaiknya “lipat kursi” saja, dan hendaknya memberi kesempatan dan dukungan kepada pasangan calon gubernur yang dinilai mampu memimpin Provinsi Gorontalo periode 2012-2017. Sebab, hanya dengan begitu perjalanan politik Iwan Bokings bisa berakhir dengan tepukan rakyat yang masih mencintainya. Layaknya dalam suatu pertunjukan pagelaran sandiwara, para penonton akan bersorak tepuk kagum karena episodenya bisa berakhir tanpa meninggalkan sebuah kekecewaan dari penonton lainnya.

Dan satu hal lagi, jika Iwan Bokings mendukung NKRI (versi Idris), maka nama Iwan akan terus terbawa-bawa hingga ke puncak Botu, di mana kantor Gubernur Gorontalo berdiri kokoh. Semoga!